Selasa, 11 April 2017

MAKALAH KMB I PENCERNAAN GASTROENTERITIS



MAKALAH SISTEM PENCERNAAN DENGAN GASTROENTERITIS




dalam rangka menyelesaikan tugas mata kuliah keperawatan medical bedah
 ( kmb I ) sistem pencernaan

  Disusun oleh   :
1.  Novia                       (15031)
2.  Nur Khalifah             (15033)      
3.  Yulita Utari              (15046)


PROGRAM DIPLOMA III
AKADEMI KEPERAWATAN HARUM JAKARTA
TAHUN 2017





KATA PENGANTAR

Kami panjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan hidayahnya kami dapat menyusun makalah KMB I Sistem pencernaan  yang berjudul Gastroenteritis. Selesainya penyusunan ini berkat bantuan dari berbagai pihak oleh karena itu, pada kesempatan ini kami sampaikan terima kasih dan penghargaan yang terhormat:
1.      Ibu Rusmawati Sitorus, S.Pd, S.Kep, MA selaku Direktur Akademi Keperawatan Harum  Jakarta.
2.      Ibu Ns. Ari Susani, S.Kep selaku dosen pembimbing mata ajar KMB I Sistem pencernaan  yang telah meluangkan waktu dalam pelaksanaan bimbingan, pengarahan, dorongan dalam rangka penyelesaian penyusun makalah ini.
3.      Rekan-rekan semua angkatan XVII Akademi Keperawatan Harum Jakarta.
4.      Secara khusus kami menyampaikan terima kasih kepada keluarga tercinta yang telah memberikan dorongan dan bantuan serta pengertian yang besar kepada kami, baik selama mengikuti perkuliahan maupun dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan dan sebagai umpan balik yang positif demi perbaikan di masa mendatang. Harapan kami semoga makalah ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang ilmu Keperawatan.
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih dan kami berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Jakarta 15 maret 2017

Kelompok




DAFTAR ISI
KATA PEGANTAR.................................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang.................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A.    Pengertian........................................................................................................... 2
B.     Faktor Pencetus.................................................................................................. 2
C.     Pathofisiologi...................................................................................................... 3
D.    Manisfestasi Klinis.............................................................................................. 4
E.     Komplikasi ......................................................................................................... 4
F.      Gejala Klinis....................................................................................................... 4    
G.    Pendekatan diagnosis dari aspek tinja................................................................ 5
H.    Pemeriksaan ....................................................................................................... 5
I.       Penatalaksanaan ................................................................................................. 5
J.       Pengkajian .......................................................................................................... 5
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan......................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA



BAB I
PENDAHULUAN

1.      Latar belakang
Dalam tubuh manusia memerlukan makanan, air dan elektrolit yang dibutuhkan oleh sel-sel tubuh melalui proses pencernaan,terutama zat-zat yang diperoleh dari bahan makanan yang dikonsumsi, mempunyai nilai yang sangat penting (tergantung dari bahan makanannya) untuk memperoleh energy guna melakukan kegiatan fisik sehari-hari bagi para pekerja.
Proses tubuh dalam pertumbuhan dan perkembangan yang terpelihara dengan baik akan menunjukan baiknya kesehatan yang dimiliki seseorang. Seseorang yang sehat tentunya memiliki daya pikir dan daya kegiatan fisik sehari-hari yang cukup tinggi.
Tubuh manusia memerlukan sejumlah gizi secara tepat, sesuai dengan standar kecukupan gizi, namun kebutuhan tersebut tidak selalu dapat terpenuhi. Keadaan gizi seseorang merupakan gambaran apa yang dikonsumsinya dalam jangka waktu yang cukup lama. Bila kekurangan itu ringan, tidak akan dijumpai penyakit defisiensi yang nyata, tetapi akan timbul konsekuensi fungsional yang lebih ringan dan kadang-kadang tidak disadari kalau hal tersebut kerana factor gizi.
Manusia untuk kehidupannya juga membutuhkan vitamin yang didapat dari bahan pangan, hal ini demi berlangsungnya proses-proses dalam tubuh. Apabila makanan tidak cukup mengandung zat gizi yang dibutuhkan, dan keadaan ini berlangsung lama, akan menyebabkan perubahan metabolism dalam otak, berakibat terjadi ketidak mampuan berfungsi normal. Pada keadaan yang lebih berat dan kronis, kekurangan gizi menyebabkan pertumbuhan badan terganggu, badan lebih kecil diikuti ukuran otak yang juga kecil.
Maka dengan itu untuk menjaga kestabilan dan kesimbangan dalam proses pangan di perlukan satu system yaitu system saluran pencernaan.




BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
gastroenterritis adalah buang air besar ( defekasi )dengan tinja berbentuk cairan atau setengah cairan, dengan demikian kandungan air pada tinja lebih banyak dari keadaan normal yakni 100-200 ml sekali defekasi (menurut hendrawanto, 2003 ).
Menurut WHO ( 1980 ) gastroenteritis adalah buang air besar encer lebih dari tiga kali sehari. Gastroenteritis ialah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak dengan konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat bercampur lendir dan darah ( Ngastiyah, 1997 ).
Gastroenteritis ( GE ) adalah peradangan yang terjadi pada lambung dan usus yang memberikan gejala diare dengan atau tanpa disertai muntah ( Snowden, et all. 1996).
Diare adalah suatu keadaan bertambahnya kekerapan dan keenceran buang air besar. Kekerapan yang masih di anggap normal adalah sekitar 1-3 kali dan banyaknya 200-250 gram sehari. Beberapa kasus pasien mengalami peningkatan kekerapan dan kenceran buang air besar walaupun jumlahnya kurang dari 250 mg dalam kuraun waktu sehari (Soeparman 1990)
B.  Faktor pencetus timbulnya diare
1.    a. Pengurangan atau penghambatan ion-ion.
b. Perangsangan dan sekresi aktif ion-ion pada usus (Secretory diarrhea)
2.    Terdapatnya zat yang sukar diabsorbsi atau cairan dengan tekanan osmotik yang tinggi pada usus(obat pencahar/ lansansia)
3.    Perubahan pergerakan dinding usus



C.   
Adanya cairan yang sulit di serap atau dengan tekanan osmotik koloid yang tinggi.
 
-   Hormon.
-   Toksin.
 
Pathofisiologi
 
























(Soeparman 1990)
D.      Manifestasi klinis
Manifestasi klinis klien dengan gangguan gastroenteritis : diare yang berlangsung lama ( berhari- hari atau berminggu –minggu ) baik secara menetap atau berulang penderita akan mengalami penurunan berat badan.
1.      Berak kadang bercampur dengan darah
2.      Tinja yang berbuih
3.      Konsistensi tinja dapat berlendir
4.      Tinja dengan konsistensi encer bercampur dengan lemak
5.      Penderita merasakan sakit perut
6.      Rasa kembung
7.      Kadang-kadang demam

E.     Komplikasi
1.      Dehidrasi
2.      Renjatan hipovolemik
3.      Kejang
4.      Bakterimia
5.      Mal nutrisi
6.      Hipoglikemia
7.      Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus
F.   Gejala klinik
-   Diare yang berlangsung lama (berhari-hari atau berminggu-minggu) baik secara menetap atau berulang à panderita akan mengalami penurunan berat badan.
-   Berak kadang bercampur dengan darah.
-   Tinja yang berbuih.
-   Konsistensi tinja tampak berlendir.
-   Tinja dengan konsistensi encer bercampur dengan lemak.
-   Penderita merasakan sekit perut.
-   Rasa kembung.
-   Kadang-kadang demam.




G. Pendekatan diagnosis dari aspek tinja
1.         Volume tinja yang banyak à diare berasal dari kelainan usus halus dan permulaan   usus besar.
2.         Tinja yang sedikit dan berlendir (dengan peningkatan kemendadakan serta kekerapan buang air besar) à kelainan berasal dari kolon desenden, sigmoid dan rektum.
3.         Tinja yang berlendir dan bercampur dengan darah à peradangan usus besar.
4.         Tinja yang berbau busuk à menunjukan adanya pembusukan asamamino yang tidak di serap.

H.  Pemeriksaan
1.    Laboratoris (pemeriksaan darah)
Peningkatan LED (pada penyakit Chron dan kolitis). Anemia terjadi pada penyakit malabsorbsi. Di jumpai pula hipokalsemia dan avitaminosis D, peningkatan serum albumin, fosfatase alkali dan masa protrombin pada penderita dengan malabsorbsi. Penuruna jumlah serum albumin pada pnderita penyakit chron.
2.    Radiologis
-   Barrium Foloow through à penyakit chron.
-   Barrium enema à skip lession, spasme pada sindroma kolon iritable.
3.    Kolonoskopi
Pemeriksaan ini di anjurkan pada pasien yang menderita peradangan kolon.
I.     Penatalaksanaan
1.    Pengaturan diet
Bila terjadi konstipasi berikan makan dengan makanan tinggi serat. Di anjurkan untuk menghindari susu.
2.    Pengaturan obat-obatan
J.    Pengkajian
1.    Riwayat kesehatan yang berhubungan dengan faktor pendukung terjadinya diare,  serta bio- psiko- sosio- spiritual.
2.    Keluhan dan pemeriksaan fisik
-   Nyeri/ kolik pada perut bagian bawah yang berkurang dengan pergerakan usus.
-   Malasie.
-   Kadang demam.
-   Peningkatan pengeluaran tinja.
-   Adanya lendir atau pus di dalam tinja.
-   Anoreksia.
-   Penurunan berat badan.
-   Obstruksi intestinal.
-   Peningkatan bising usus (khususnya di kuadran kanan bawah).
-   Tinja yang lembek atau cair.
-   Flatus.
Masalah  dan rencana tindakan keperawatan
1.    Perubahan pola eliminasi defekasi (diare) berhubungan dengan proses peradangan pada usus.
Tujuan: Pasien menunjukan adanya pola eliminasi yang berangsur normal dalam frekwensi dan konsistensi tinja.
a.    Kaji kebiasaan pasien dalam melakukan buang air besar (frekwensi dan konsistensi).
b.    Perhatikan dan catat karakteristik, faktor presipitasi dari diare.
c.    Siapkan bedpan atau kamar kecil yang selalu siap di gunakan.
d.   Bersihkan bedpan secepatnya dan gunakan pewangi untuk mengurangi bau.
e.    Kurangi makan atau minuman yang menjadi faktor pencetus diare (jika di ketahui).
f.     Kolaborasi dalam pemberian antispamodic, antidiare, dan antikolinergik untuk menurunkan peristaltik usus.
g.    Kolaborasi dalam pemberian anti inflamasi dan steroid.

2.    Resiko terjadinya gangguan keseimbangan cairan (defisit) berhubungan dengan diare
Tujuan: Selama dalam perawatan tidak terjadi defisit cairan.
a.    Kolaborasi dalam pemeriksaan status cairan dengan (pemeriksaan BJ Plasma).
b.    Pertahankan pemberian cairan oral yang adekuat.
c.    Hitung dengan tepat selisih antara jumlah cairan yang masuk dan yang keluar.
d.   Kolaborasi dalam pemberian cairan perpar enteral jika di perlukan.
e.    Observasi tanda-tanda terjadinya defisit  cairan (membran mukosa, turgor kulit, produksi urin, peningkatan temperatur, kelemahan, peningkatan BUN.

3.    Resiko tinggi terhadap nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan atau berkurangnya kemampuan usus dalam melakukan absorbsi  makanan.
Tujuan: selama dalam perawatan pasien tidak mengalami penurunan berat
a.    Kaji kebutuhan nutrisi pasien sesuai dengan kebutuhan individual pasien (berdasarkan usia dan berat badan).
b.    Jika diare berkurang berikan peningkatan jenis makanan secara bertahap (lembut dan berkalori tinggi à kasar kemudian biasa).
c.    Sajikan makanan dan minuman dalam keadaan hangat.
d.   Anjurkan pada pasien untuk mengurangi beberapa jenis makan yang dapat menimbulkan diare (makanan yang berlemak, pedas, susu)
e.    Kolaborasi dalam pemberian Zat besi jika terjadi anemia dan anti emetik jika pasien mengalami mual.

4.    Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kram pada abdominal
Tujuan: Rasa nyeri berkurang atau hilang
a.    Kaji dan catat adanya distensi abdomen, karaktristik nyeri dan lokasinya.
b.    Anjurkan pada pasien untuk rileks serta ajarkan tehnk relaksasi serta beberapa cara untuk menguran gi rasa nyeri.
c.    Kolaborasi dalam pemberian analgesik dan anti kolinergik.
d.   Observasi keluhan serta TTV.

5.    Resiko terjadinya kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pengeluaran feces secara terus menerus
Tujuan: Tidak terjadi kerusakan integritas kulit selama dalam perawatan
a.    Kaji keadaan kulit pasien terutama pada bagian bokong dan sekitarnya yang mudah lecet akibat feces yang bersifat asam.
b.    Bersihkan sekitar lokasi bokong secara adekuat.
c.    Anjurkan pada pasien untuk mengganti sering ganti posisi pada saat istirahat terlentang.
d.   Beri dukungan terhadap tindakan yang bersifat positif.
e.    Jaga daerah sekitar bokong agar tetap kering dan tidak lembab.
f.     Observasi keadaan kulit sekitar bokong.
        Pentalaksanaan medis
1.      Pemberian cairan
2.      Diatetik : pemberian maknan dan minuman khusus pada penderita dengan tujuan penyembuhan dan menjaga kesehatan adapun hal yang perlu diperhatikan :
a.       memberikan ASI
b.      memberikan bahan makanan yang mengandung kalori, protein, vitamin, mineral dan makanan yang bersih.
c.       Obat-obatan
Rekokordil adalah antidiare yang ideal harus bekerja cepat, tidak menyebabkan konstipasi, mempunyai indeks terapeutik yang tinggi, tidak mempunyai efek buruk terhadap sistem saraf pusat, dan yang tak kalah penting, tidak menyebabkan ketergantungan.
Leperamide  merupakan golongan kopioid yang bekerja dengan cara memperlambat mortilitas saluran cerna dengan mempengaruhi otot sirkular dan longitudinal usus.
Nifroxazide adalah senyawa nitrofuran yang memiliki efek bakterisidal escherichia coli, shigella, dysenteriae, streptococus
Streptococus dan pseudomoinus aerugenusa. Nifuroxiade bekerja lokal pada saluran pencernaan.
Dioctahedral smectite ( DS ), suatu aluminosilikat nonsistemik berstruktur filitik, secara in vitro telah terbukti dapat melindungi barier mukosa usus dan menyerap toksin, bakteri serta rotavirus
                        Keterangan :
                          Pemberian cairan, pada klien diare dengan memperhatikan derajat dehidrasinya dan keadaan umum.

























BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Agar makanan yang kita makan dapat di serap di usus halus, maka makanan itu harus di ubah menjadi bentuk sederhana melalui proses pencernaan, zat makanan yang mengalami proses pencernaan di dalam tubuh adalah karbohidrat, protein, dan lemak. Sedangkan unsur-unsur mineral, vitamin, dan air tidak mengalami proses pencernaan. Proses pencernaan pada manusia dapat di bedakan menjadi dua macam yaitu proses pencernaan secara mekanik dan kimiawi (enzimatis). Saat kalian mengunyah makanan seperti nasi, roti, umbi dan pisang berarti proses pencernaan mekanik (fisik) sedang berlangsung.
Proses pencernaan makanan pada manusia melibatkan alat-alat pencernaan makanan yang kita makan. Alat pencernaan makanan dapat di bedakan atas saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan.Saluran pencernaan manusia memanjang dari mulut sampai anus, terdiri dari mulut (kaum olis), kerongkongan (esofagus), lambung (ventlikulus), usus halus (intestinum), usus besar (kolon), dan anus.













DAFTAR PUSTAKA

Caine, Randy Marion, 1987, Nursing Care Planning Guides For Adult, USA Baltimore: William & Wilkins.
Junadi, Purnawan,  1982, Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta: Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Price, Sylvia Anderson, 1985, Pathofisiologi Konsep klinik Proses-Proses Penyakit, Jakarta: EGC.
Soeparman, 1990, Ilmu Penyakit Dalam Jilid II, Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.













                                                                           

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar