Selasa, 11 April 2017

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK TENTANG BRONCHOPNEUMONIA DAN ISPA

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK
Asuhan Keperawatan tentang Bronchopneumonia Atau Ispa”

Disusun oleh :
1.     Dwi setiawati            ( 15011 )
2.     Icut pusphita             ( 15018 )
3.     Rahayu setianengsih ( 15036 )
4.     Yulita utari               ( 15046 )




PROGRAM DIPLOMA III
AKADEMI KEPERAWATAN HARUM JAKARTA
2016/2017










BAB I
PENDAHULUAN

       A. Latar Belakang
Anak merupakan hal yang paling penting artinya bagi sebuah keluarga. Selain sebagai penerus keturunan, anak pada akhirnya juga sebagai generasi penerus bangsa. Oleh karena itu, tidak satupun orang tua yang menginginkan anaknya jatuh sakit, lebih-lebih bila anaknya mengalami bronchopneumonia.
Insiden penyakit ini pada negara berkembang hampir 30% pada anak-anak di bawah umur 3 tahun dengan resiko kematian yang tinggi pada bayi yang berusia kurang dari 2 bulan, sedangkan di Amerika pneumonia menunjukkan angka 13% dari seluruh penyakit infeksi pada anak di bawah umur 2 tahun (1).Infeksi saluran napas bawah masih tetap merupakan masalah utama dalam bidang kesehatan, baik di negara yang sedang berkembang maupun yang sudah maju. Dari data SEAMIC Health Statistic 2001 influenza dan pneumonia merupakan penyebab kematian nomor 6 di Indonesia, nomor 9 di Brunei, nomor 7 di Malaysia, nomor 3 di Singapura, nomor 6 di Thailand dan nomor 3 di Vietnam. Laporan WHO 1999 menyebutkan bahwa penyebab kematian tertinggi akibat penyakit infeksi di dunia adalah infeksi saluran napas akut termasuk pneumonia dan influenza. Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga Depkes tahun 2001, penyakit infeksi saluran napas bawah menempati urutan ke-2 sebagai penyebab kematian di Indonesia. Penggunaan antibiotik, membuat penyakit ini bisa dikontrol beberapa tahun kemudian. Namun tahun 2000, kombinasi bronchopneumonia dan influenza kembali merajalela dan menjadi penyebab kematian ketujuh di Negara itu.
Bronchopneumonia adalah infeksi yang menyebabkan paru-paru meradang. Kantung-kantung udara dalam paru yang disebut alveoli dipenuhi nanah dan cairan sehingga kemampuan menyerap oksigen menjadi kurang. Kekurangan oksigen membuat sel-sel tubuh tidak bisa bekerja. Gara- gara inilah, selain penyebaran infeksi ke seluruh tubuh, penderita bronchopneumonia bisa meninggal. Sebenarnya bronchopneumonia bukanlah penyakit tunggal. Penyebabnya bisa bermacam-macam dan diketahui ada 30 sumber infeksi, dengan sumber utama bakteri, virus, mikroplasma, jamur, berbagai senyawa kimia maupun partikel.

B. Rumusan masalah
1.      apa yang dimaksud dengan bronchopneuneumonia
2.      apa anatomi fisiologi sistem pernafasan bronchopneuneumonia
3.      apa etiologi sistem pernafasan bronchopneuneumonia
4.      apa saja faktor lain yang menimbulkan bronchopneuneumonia
5.      apa saja patofisiologi sistem pernafasan bronchopneuneumonia
6.      bagaiman manifestasi  klinis
7.      apa saja asuhan keperawatan anak dengan pernapasan  bronchopneuneumonia
8.      apa saja macam-macam infesksi saluran pernafasan atas
9.      apa saja asuhan keperawatan infeksi saluran pernafasan atas

C.       Tujuan khusus
1.      untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan bronchopneuneumonia
2.      untuk mengetahui anatomi fisiologi sistem pernafasan bronchopneuneumonia
3.      untuk mengetahui  etiologi sistem pernafasan bronchopneuneumonia
4.      untuk mengetahui faktor lain yang menimbulkan bronchopneuneumonia
5.      untuk mengetahui patofisiologi sistem pernafasan bronchopneuneumonia
6.      untuk mengetahui manifestasi  klinis
7.      untuk mengetahui asuhan keperawatan anak dengan pernapasan  bronchopneuneumonia
8.      untuk mengetahui macam-macam infesksi saluran pernafasan atas
9.      untuk mengetahui asuhan keperawatan infeksi saluran pernafasan atas





BAB II
PEMBAHASAN

A.    ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN BRONCHOPNEUNEUMONIA
1.      Pengertian Bronchopneuneumonia
Bronchopneuneumonia adalah radang pada paru-paru yang mempunyai penyebaran berbercak, teratur dalam suatu area atau lebih yang berlokasi di dalam bronki dan meluas ke pakenkim paru (Brunner dan suddarth,2001)
Bronchopneuneumonia adalah radang paru-paru yang mengenai suatu atau beberapa lobus paru-paru yang mengenai suatu atau beberapa lobus pada paru-paru ditandai dengan bercak-bercak infiltrate (Whalley and Wong, 1996)
Bronchopneuneumonia adalah frekuensi komplikasi pulmonary batuk produktif yang lama, tanda dan gejalanya biasanya suhu meningkat, nadi meningkat, pernapasan meningkat (Suzanne G. Bare,1993)
Bronchopneuneumonia disebut juga pneumoni lobulari yaitu radang paru-paru yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan benda-benda asing (Sylvia Anderson, 1994)
Bronchopneumonia adalah suatu peradangan paru yang biasanya menyerang di bronkeoli terminal. Bronkeoli terminal tersumbat oleh eksudat mokopurulen yang membentuk bercak-barcak konsolidasi di lobuli yang berdekatan. Penyakit ini sering bersifat sekunder, menyertai infeksi saluran pernafasan atas, demam infeksi yang spesifik dan penyakit yang melemahkan daya tahan tubuh.(Sudigdiodi dan Imam Supardi, 1998)

Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan Bronchopneuneumonia adalah radang paru-paru yang mengenai satu atau beberapa lobus paru-paru yang ditandai dengan adanya bercak-bercak infiltrat yang disebabkan oleh bakteri, virus dan jamur dan benda asing.

Kesimpulannya bronchopneumonia adalah jenis infeksi paru yang disebabkan oleh agen infeksius dan terdapat di daerah bronkus dan sekitar alveoli.

2.      Anatomi Fisiologi Sistem Pernapasan Bronchopneuneumonia
a)      Anatomi Sistem pernafasan terdiri atas :
1)      Hidung
Merupakan saluran udara yang pertama, berfungsi mengalirkan udara dan dari paru-paru. Jalan nafas ini berfungsi sebagai penyaring kotoran dan melembabkan serta menghangatkan udara yang dihirupkan ke datam paru-paru.
2)      Faring ateu tenggorokan
Setruk seperti tuba yang menghubungkan hidung dan rongga mulut ke laring. Faring dibagi menjadi tiga region : nasofaring, orofaring, dan laringofaring.
3)      Laring atau pangkal tenggorokan
Struktur epitel kartilago yang menghubungkan faring dan trakea. Fungsi utama laring adalah untuk memungkinkan terjadinya vokalisasi, melindungi Jalan nafas bawah dari obstruksi benda asing dan memudahkan batuk. Laring sering juga disebut Sebagai kotak suara. Dan terdiri atas : epiglotis, glotis, kartilago tiroid, kartilago krikoid, kartilaago aritenoid dan pita suara.
4)      Trakea atau batang tenggorokan
Merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16-20 cincin yang dari tulang-tulang rawan.
5)      Bronkus atau cabang tenggorokan
Merupakan lanjutan dari trakea terdiri dari bronkus kiri dan kanan.
6)      Paru-paru
Merupakan sebuah alat tubuh yang sebagjan besar terdiri dari gelembung alveoli. Paru-paru dibagi menjadi 2 bagian yaitu : paru-paru kanan dan kiri, dimana paru-paru kanan terdiri dari 3 lobus dan paru-paru kiri terdiri dari2 1obus.





b)      Fisiologi Sistem Pernapasan
Proses Pernafasan paru merupakan Pertukaran oksigen dan karbondioksida yang terjadi pada paru-paru. Proses ini terdlri dari 3 tahap yaitu :
1)      Ventilasi
Ventilasi merupakan proses keluar dan masuknya oksigen dari almosfer ke delam alveoli, atau dari alveoli  ke atmosfer. Ada dua gerakan pernafasan yang terjadi sewaktu pemafasan. Yaitu inspirasi dan ekspirasi. inspirasi atau menarik nafas adalah proses aktif yang disetenggarakan oleh kerja otot. Kontraksi diafragma meluaskan rongga dada dari atas sampai ke bawah, yaitu vertikal. Penaikan iga-iga dan sternum meluaskan rongga dada ke kedua sisi dan dari depan ke belakang. Pada ekspirasi, udara dipaksa keluar oleh pengendoran otot dan karena paru-paru kempis kembali, disebabkan sifat elastik paru-paru itu. Gerakan-gerakan ini adalah proses pasif. Proses ventilasi dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu adanya perbedaan tekanan antara atmosfer dengan paru, adankemampuan thoraks dan paru pada aveoli dalam melaksanakan ekspansi, refleks batuk dan muntah.

2)      Difusi gas
Difusi gas merupakan pertukaran antara oksigen di aveoli dengan kapiler paru dan CO2. Di kapiler dengan alveoli. Proses pertukaran dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu luasnya permukaan paru, tebal membran respirasi, dan perbedaan tekanan dan konsentrasi 02

3)      Transportasi gas
Transportasi gas merupakan proses pendistribusian O2. Kapiler ke jaringan tubuh dan CO2. Jaringan tubuh ke kapiler. Transportasi gas dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu curah jantung (kardiak output),kondisi pembulu darah,latihan (execise), eritrosit dan Hb.



3.      Etiologi Sistem Pernapasan Bronchopneuneumonia
Pada umumnya tubuh terserang Bronchopneumonia karena tubuh disebabkan oleh penurunan mekanisme pertahanan tubuh terhadap virulensi organisme patogen Penyebab Bronchopneumonia yang biasa ditemukan adalah :
a)      Bakteri             yaitu Diplococus Pneumonia, Pheumococcos, streTococcus Hemolitlcus Aureus, Haemophilus influenza, Basilus Friender (Klebsial Pheumoni), Mycobaterium Tuberculosis
b)      Virus yaitu Respiratory sytical virus, vlrua Influenza, virus  sitomegalik.
c)      Jamur yaitu Citoplasma Capsulatum, Criptococcus Nepromas, Blastomices Dermatides, Aspergillus Sp, Candinda Albicans, Mycoplama Pneumonia, Asplraal benda asing.

4.      Faktor lain yang mempengaruhi timbulnya Bronchopnemonia
a)      Faktor predisposisi
1)      usia/umur
2)      Genetic
b)      Faktor pencetus
1)      gigi buruk/kurang
2)      Berat badan tahir rendah (BBLR)
3)      Tidak mendapatkan ASI yang memadai
4)      lmunisasi yang tidak lengkap
5)      Polusi udara
6)      Kepadatan tempat tinggal

5.      Patofisiologi Sistem pernapasan Bronkopneumonia
Bronkopneumonia merupakan infeksi sekunder yang biasanya disebabkan oleh virus penyebab Bronchopneumonia yang masuk ke saluran pernafasan sehingga teriadi peradangan broncus dan alveolus dan Jaringan sekitarya. Iflamasi pada bronkus ditandai adanya penumpukan sekret, sehingga terjadi demam. Batuk produktif, ronchi positif dan mual. Setelah itu mikroorganisme tiba di alveoli membentuk suatu proses peradangan yang meliputi empat stadium, yaitu :
a)      Stadium l (4-12 jam pertama/kongesti)
Disebut hiperemia, mengacu pada respon peradangan permulan yang berlangsung pada daerah baru yang terinfeksi. Hal ini ditandai dengan peningkatan aliran darah dan permeabilitas kapiler di tempat infeksi. Hìperemia ini terjadi akibat pelepasan mediator-mediator peradangan dari sel-sel mast setelah pengaktifan  sel imun dan cedera jaringan. Mediator-mediator tersebut mencakup histamin dan prostaglandin. Degranulasi sel mast juga mengaktifkan jalur komplemen. Komplemen bekerja sama dengan histamin dan prostaglandin untuk melemaskan otot polos vaskuler paru dan peningkatan permeabilitas kapiler paru. Hal ini mengakibatkan perpindahan eksudat plasma ke dalam ruang interstisium sehingga terjadi pembengkakan dan edema atara kapiler dan aveolus. Penimbunan cairan di antara kapiler dan aviolus meningkatkan jarak yang ditempuh oleh oksigen dan karbondioksida maka perpindahan gas ini dalam darah berpengaruh dan sering mengakibatkan penurunan satu rasi oksigen hemoglobin
b)      stadium ll/hepatisasi (48jam berikutnya)
Disebut hepatisasi merah, terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel darah merah, esksudat dan fibrin yang dihasilkan oleh penjamu (host) sebagai bagian dari reaksi peradangan Lobus yang terkena menjadi padat oleh karena adanya penumpukan leokosit, eritosit dan cairan sengga warna paru menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar pada stadium ini udara alveoli tidak ada tau sangat minimal sehingga anak akan bertambah sesak stadium ini berlangsung sangat singkat yaitu selama 48jam
c)      Stadium III/hepalisasi kelabu (3-8 hari)
Disebut hepatisasi kelabu yang terjadi sewaktu se1-sel darah putih mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi. Pada saat ini endapan fibrin terakumulasi di seluruh daerah yang cedera dan terjadi fagosltosis sisa-sisa sel. Pada stadium ini erìtrosit di alveoli mulai diresorbsi, lobus masih tetap padat karena berisi fibrin dan leukosit, warna merah menjadi pucat kelabu dan kapiler darah tidak lagi mengalami kongesti.
d)     Stadium IV/resolusi (7-11 hari)
Disebut juga stadium resolusi yang terjadi sewaktu resolusi yang terjadi sewaktu respon imun dan peradangan mereda, sisa-sisa sel fibrin dan eksudat lisis dan diabsorsi oleh makroíag sehinga jaringan kembali ke strukturnya semula. Inflamasi pada bronkus ditandai adanya penumpukan sekret, sehingga tejadi demam, batuk produktif, ronchi positif dan mual, Bila penyebaran kuman sudah mencapai alveolus malu komplikasi yang tejadi adalah kolaps alveoli. Fibrosis emfisema dan atelektasis. Kolaps alveoli akan mengakibatkan penyempitan jalan nafas, sesak nafas, dan nafas ronchi. Fibrosis bisa menyebabkan penurunan fungsi paru dan penurum produksi surfaktan sebagai pelumasan yang berfungsi untuk melembabkan rongga fleura Emfisema (tertinbunnya cairan atau pus dalam ronggo paru) adalah tindak lanjut dari pembedahan. Atelektasis mengakibatkan peningkatan frekuensí nafas, hipoksemia, asidosis respiratori, pada klien terjadi sianosis, dispnea dan kelelahan yang akan mengakibatkan terjadinya gagal nafas.

6.      Manifestasi Klinis
a)      Biasanya di dahului infeksi traktus respiratoris atas.
b)      Demam (39,0–40,0 0C) kadang-kadang disertai kejang karena demam yang tínggi.
c)      Anak sangat gelisah, dan adanya nyeri dada yang terasa ditusuk-tusuk, yang dicetuskan oleh bernafas dan batuk.
d)     Pemafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung dan sianosis sekitar hidung dan mulut.
e)      Kadang-kadang disertai muntah dan diare.
f)       Adanya bunyi tambahan pernafasan seperti ronchi, whezing.
g)      Rasa lelah akibat reaksi peradangan dan hipoksia apabila infeksinya serius.
h)      Ventilasi mungkin berkurang akibat penimbunan mokus yang menyebabkan atelektasis absorbsi.

7.      Komplikasi Bronchopneuneumonia
a)      Atelektasis adalah pengembangan paru-paru yang merupakan akibat tidak sempurna atau kolaps paru kurangnya mobilisasi atau refleks batuk hilang.
b)      Empisema adatah suatu keadaan dimana terkumpulnya tempat atau seluruh rongga pleura.
c)      Abses paru adalah pengumpalan pus dalam jaringan paru yang meradang.
d)     infeksi sistemik, yaitu peradangan pada setiap katup endokardinal.
e)      Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput-otak.
8.      Pemeriksaan Diagnostik
a)      Radiologi yaitu pada foto thoraks, konsolidasi satu atau beberapa lobus yang bercak-bercak infiltrate
b)      Pemeriksgan laboratorium, didapati lekositosit antara 15000 sampai 40000 / mm3.
c)      Hitung sel darah putih biasanya meningkatkan kecuali apa bila pasien mengalami imunodefiensi
d)     Pemeriksaan AGD (analisa gas darah), untuk mengetahui status kardiopulmoner yang berhubungan dengan oksigen
e)      Pemeriksaan gram / kultur sputum dan darah : diambil dengan biopsy jarum ,untuk mengetahui mikroorganisme penyebab dan obat yang cocok untuk menangainya.
9.      Penatalaksanaan
a)      Farmakologi
1)   Pemberian antibiotik misalnya penisilin G, streptomisin, ampicilin, gentamisin.
2)   Pemilihan jenis obat antibiotik didasarkan atas umur, keadaan umum penderita, dan dugaan kuman penyebab:
Umur 3 bulan – 5 tahun, bila toksis disebabkan oleh streptokokus pneumonia, Hemofilus influenza atau stafilokokus. Pada umumnya tidak diketahui penyebabnya, maka secara praktis dipakai: Kombinasi: penisilin prokain 50.000-100.000 Kl/kg/24 jam IM, 12 kali sehari dan Kloramfenikol 50-100 mg/kg/24 jam IV/oral, 4 kali sehari. Atau kombinasi Ampisilin 50-100 mg/kg/24 jam IM/IV, 4 kali sehari dan Kloksasilin 50 mg/kg/24 jam IM/IV, 4kali sehari atau kombinasi Eritromisin 50 mg/kg/24 jam, oral 4 kali sehari dan Kloramfenikol (dosis sama dengan diatas).
Anak-anak < 5 tahun, yang non toksis, biasanya disebabkan oleh:
Streptokokus pneumonia: o Penisilin prokain IM atau o Fenoksimetilpenisilin 25.000-50.000 Kl/24jam oral, 4 kali sehari o  Eritromisin atau o Kotrimoksazol 6/30 mg/kg/24 jam, oral 2kali sehari, o Oksigen 1-2 L/menit. m IVFD dekstore 5% ½ NaCl 0,225% 350cc/24 jam m ASI/PASI 8 x 20cc per sonde B. Non farmakologi 1. Istirahat, umumnya penderita tidak perlu dirawat, cukup istirahat dirumah. 2.  Simptomatik terhadap batuk. 3. Batuk yang produktif jangan ditekan dengan antitusif. 4. Bila terdapat obstruksi jalan napas, dan lendir serta ada febris, diberikan broncodilator. 5. Pemberian oksigen umunya tidak diperlukan, kecuali untuk kasus berat. Antiobiotik yang paling baik adalah antibiotik yang sesuai dengan penyebabnya

10.  Pencegahan
Penyakit bronkopneumonia dapat dicegah dengan menghindari kontak dengan penderita atau mengobati secara dini penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan terjadinya bronkopneumonia ini. Selain itu hal-hal yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan daya tahan tubuh kita terhadap berbagai penyakit saluran nafas seperti:
cara hidup sehat, makan makanan bergizi dan teratur, menjaga kebersihan, beristirahat yang cukup, rajin berolahraga, dll. Melakukan vaksinasi juga diharapkan dapat  mengurangi kemungkinan terinfeksi antara lain:
a)      Vaksinasi Pneumokokus
b)      Vaksinasi H. Influenza
c)      Vaksinasi varisela yang dianjurkan pada anak dengan daya tahan tubuh rendah
d)     Vaksin influenza yang diberikan pada anak sebelum anak sakit. Dll.





11.  Asuhan keperawatan anak dengan bronkopneumonia
a)      Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber, untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien (Nursalam,2001).
Biodata klien meliputi : nama, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, anak keberapa,  agama/suku, pendidikan, alamat, dan penanggung jawab serta hubungan dengan klien.
b)      Riwayat kesehatan
1.      Riwayat kesehatan sekarang : kaji keluhan klien, kapan mulai tanda dan gejala,  faktor yang mempengaruhi, apakah berhubungan dengan stres atau keluhan fisik, apakah ada upaya-upaya yang dilakukan.
2.      Riwayat kesehatan masa lalu : berupa penyakit dahulu yang pernah diderita, dan hubungannya dengan keluhan sekarang.
3.      Riwayat alergi : apakah ada reaksi alergi terhadap suatu zat-zat terutama seperti obat atau makanan.
4.      Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan klien
5.      Pengkajian fisik dan pola kesehatan
a) Aktifitas atau istirahat
Gejala        : Kelemahan,kelelahan,insomnia.
Tanda        : Letargi.
                    Penurunan toleransi terhadap aktifitas
b)   Sirkulasi
Gejala        : Riwayat adanya gejala kronis takikardi.
Tanda        : Takikardia.
                    Penampilan kemerahan atau pucat.
c)   Integritas ego
Gejala        : Banyaknya stressor,masalah finansial.

d)   Makanan atau cairan
Gejala        : Kehilangan nafsu makan, mual/muntah.
Tanda        :Distensi abdomen. 
Hiperaktif bunyi usus. Kulit kering dengan turgor buruk.

5)   Neuro sensorik
Gejala           : Sakit kepala daerah Frontal (influenza).
Tanda           : Perubahan mental (bingung samnolen).

6)   Nyeri atau kenyamanan
Gejala           : Sakit kepala Nyeri dada (pleuritik), meningkat oleh batuk
Tanda           : Melindungi area yang sakit

7)   Pernapasan
Gejala           : Takipnea,Dispnea progresif,pernapasan dangkal             
Tanda           : Sputum Merah muda,berkarat, atau purulen.                     
Perkusi         : Pekak diatas area yang konsolidasi.
Fremitus       : Taktil dan vocal bertahap meningkat
Bunyi napas : menurun atau tidak ada diatas area yang terlibat
Warna           : pucat atau sianosis bibir/kuku.

8)   Keamanan
Gejala           : Riwayat gangguan sistem imun,misalnya AIDS, Demam 
Tanda           : Berkeringat, menggigil berulang, gemetar.
                     ( Doenges, 1999. hal.164).

12.  Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang dapat diangkat adalah:
a)      Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b/d akumulasi lendir dijalan nafas, inflamasi trakeabronkial, nyeri pleuritik, penurunan energi, kelemahan.
b)      Gangguan pertukaran gas b/d obstruksi saluran pernafasan.
c)      Hipertermi b/d proses infeksi.
d)     Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses infeksi, mual dan muntah.
e)      Intoleransi aktifitas b/d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen, kelemahan umum, batuk berlebihan dan dispnea.
f)       Risiko tinggi kekurangan volume cairan b/d peningkatan evaporasi tubuh, kurangnya intake cairan.


13.  Rencana Keperawatan
a)      Ketidakefektifan bersihan jalan napas b/d akumulasi lendir dijalan nafas, inflamasi trakeabronkial, nyeri pleuritik, penurunan energi, kelemahan.
Kriteria hasil:
1)      Pasien menunjukkan perilaku mencapai bersihan jalan napas.
2)      Pasien menunjukkan jalan napas dengan bunyi nafas bersih, tidak ada dispnea dan sianosis.
Rencana tindakan:
1)      Kaji atau pantau pernafasan klien
Rasionalnya : mengetahui frekuensi pernafasan klien sebagai indikasi dasar gangguan pernafasan.
2)      Auskultasi bunyi nafas tambahan (ronchi, wheezing)
Rasionalnya: adanya bunyi nafas tambahan yang menandakan gangguan pernafasan.
3)      Berikan posisi yang nyaman misalnya posisi semi fowler.
Rasionalnya: posisi semi fowler memungkinkan ekspansi paru lebih maksimal.
4)      Terapi inhalasi dan latihan nafas dalam dan batuk efektif.
Rasionalnya: nafas dalam memudahkan ekspirasi maksimum paru-paru/jalan nafas lebih kecil. Batuk adalah mekanisme membersihkan jalan nafas alami, membantu silia mempertahankan jalan nafas paten.
5)      Memberikan cairan per oral/IV sesuai usia anak, tawarkan air hangat daripada dingin.
Rasionalnya: cairan khususnya yang hangat memobilisasi serta mengeluarkan lendir.
6)      Kolaborasi dengan dokter dalam pengisapan lendir sesuai indikasi.
Rasionalnya: merangsang batuk serta membersihkan jalan nafas secara mekanik pada pasien yang tidak mampu melakukan pernafasan karena batuk tidak efektif atau penurunan kesadaran.


b)      Gangguan pertukaran gas b/d obstruksi saluran pernafasan.
Kriteria hasil: Pasien akan menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenisasi jaringan dengan GDA dalam rentang normal dan tidak ada gejala distress pernafasan.
Rencana tindakan:
1)      Monitor/kaji tanda-tanda vital, kesulitan bernafas, retraksi stomal.
Rasionalnya: data dasar untuk pengkajian lebih lanjut.
2)      Observasi warna kulit, membran mukosa dan kuku, catat adanya sianosis.
Rasionalnya: sianosis kuku menunjukkan vasokontriksi atau respon tubuh terhadap demam/menggigil namun sianosis daun telinga, membran mukosa, dan kulit sekitar mulut menunjukkan hipoksemia sistemik.
3)      Kaji status mental
Rasionalnya: gelisah, mudah terangsang, bingung dan samnolens dapat menunjukkan hipoksemia/penurunan oksigenisasi serebral.
4)      Tinggikan kepala dan dorong sering mengubah posisi, nafas dalam dan batuk efektif.
Rasionalnya: tindakan ini meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan pengeluaran sekret untuk memperbaiki ventilasi.
5)      Pertahankan istirahat tidur
Rasionalnya: mencegah kelelahan dan menurunkan kebutuhan oksigen untuk kemudahan perbaikan infeksi.


c)      Hipertermi b/d proses infeksi
Kriteria hasil: Pasien tidak memperlihatkan tanda peningkatan suhu tubuh.
Rencana tindakan:
1)      Pantau suhu pasien (perhatikan menggigil/diaforesis)
Rasional: suhu 38,9-41,10oC menunjukkan proses penyakit, infeksius akut. Pola demam dapat membantu diagnosis.
2)      Pantau suhu lingkungan, batasi aktifitas
Rasional: suhu ruangan diubah untuk mempertahankan suhu mendekati normal.
3)      Berikan kompres hangat
Rasional: dapat membantu mengurangi demam. Penggunaan air dingin/es kemungkinan menyebabkan peningkatan suhu secara aktual.
4)      Berikan antipiretik misalnya parasetamol
Rasional: mengurangi demam dengan aksi sentralnya pada hipotalamus, parasetamol baik untuk anak karena parasetamol memiliki efek yang minimal terutama bagi anak.


d)     Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadapn demam dan proses infeksi, mual dan muntah.
Kriteria hasil: Pasien menunjukkan peningkatan nafsu makan dan mempertahankan berat badan.
Rencana tindakan:
1)      Identifikasi faktor yang menyebabkan kesulitan menelan (nyeri)
Rasional: pilihan  intervensi tergantung pada penyebaran masalah.
2)      Auskultasi bunyi usus, observasi/palpasi distensi abdomen
Rasional: bunyi usus mungkin menurun/tak ada bila proses infeksi berat/memanjang.
3)      Berikan makan porsi kecil tapi sering
Rasional: tindakan ini dapat meningkatkan masukan meskipun nafsu makan mungkin lambat untuk kembali.
4)      Timbang berat badan setiap hari
Rasional: peningkatan berat badan secara bertahap menandakan adanya perbaikan status nutrisi pasien.


e)      Intoleransi aktifitas b/d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen, kelemahan umum, batuk berlebihan dan dispnea.
Kriteria hasil: Pasien menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktifitas yang dapat diukur dengan tidak adanyab dispnea, kelemahan berlebihan dan tanda vital normal.
Rencana tindakan:
1)      Monitor keterbatasan aktivitas, kelemahan saat beraktifitas.
Rasional: merencanakan intervensi yang tepat.
2)      Bantu pasien dalam melakukan aktifitas
Rasiuonal: ADL-nya dapat terpenuhi.
3)      Bantu pasien perawatan diri yang diperlukan
Rasional: meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan O2.
4)      Lakukan istirahat yang adekuat setelah beraktifitas.
Rasional: membantu mengembalikan energi
5)      Berikan diet yang adekuat dengan kolaborasi ahli diet.
Rasional: metabolisme membutuhkan energi
6)      Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan
Rasional: tirah baring dipertahankan selama fase akut untuk menurunkan kebutuhan metabolic, menghemat energi untuk penyembuhan.

f)       Risiko tinggi kekurangan volume cairan b/d peningkatan evaporasi tubuh, kurangnya intake cairan.
Kriteria hasil: Kebutuhan cairan pasien terpenuhi dan adekuat, tanda vital (suhu) rentang normal.
Rencana tindakan:
1)      Kaji perubahan tanda vital, contoh peningkatan suhu/demam.
Rasional: peningkatan suhu/demam meningkatkan laju metabolik Sn kehilangan cairan melalui evaporasi.
2)      Kaji turgor kulit, kelembapan membran mukosa (bibir, lidah).
Indikator langsung keadekuatan volume cairan, meskipun membran mukosa mulut mungkin kering karena nafas mulut dan oksigen tambahan.
3)      Pantau masukan dan haluaran, catat warna, karakter urine. Hitung keseimbangan cairan. Waspadai kehilangan yang tampak. Ukur BB sesuai indikasi.
Rasional: memberikan informasi tentang keadekuatan volume cairan dan kebutuhan penggantian.
4)      Pertahankan pemasukan cairan yang adekuat
Rasional: pada anak volume cairan adalah 20-25% dari BB anak.
5)      Beri obat sesuai indikasi, misalnya antipiretik.
Rasional: berguna menurunkan kehilangan cairan serta peningkatan suhu.
6)      Berikan cairan tambahan IV sesuai keperluan.
Rasional: pada adanya penurunan masukan/banyak kehilangan penggunaan parental dapat memperbaiki/mencegah kekurangan.

B.     ASUHAN KEPERAWATAN PADA INFEKSI SYSTEM PERNAFASAN ATAS
6.      Faringitis
a)      Pengertian faringitis
Faringitis adalah peradangan yang terjadi pada faring. Faringitis akut merupakan peradangan tenggorok yang paling sering terjadi. Faringitis akut berat sering disebut sebagai strep thost, karena pada umumnya yang disebabkan oleh streptokokus.
b)      Etiologi faringitis
Penyakit ini dapat disebabkan oleh streptokokus hemolitk, stafilokokus, bakteri dan virus. Terjadi peningkatan kasus faringitis genokokusnya yang disebabkan dipolkokus gram negative.

c)      Patofisiologi faringitis

Hemolitik, stafilokokus , bakteri dan virus-virus lain
                                          Masuk kedalam tubuh
                              Mekanisme pertahanan tubuh menurun
                                                   Faringitis

d)     Tanda dan gejala faringitis
a.       Tenggorokan merah
b.      Nyeri tenggorokan
c.       Demam
d.      Nyeri tekan nodus limfe servikal
e.       Malaise
f.       Batuk
g.      Suara serak
h.      Kesulitan menelan

e)      Pemeriksaan diagnostic , pada klien faringitis kultur orgaisme penyebab dari faring
f)       Komplikasi faringitis
1)      Sinusitis
2)      Otot media
3)      Abses peritonsial
4)      Mastoiditis
5)      Adensitis servikal
6)      Demam rematik
7)      Nefritis

g)      Penatalaksanaan faringitis
Pemberian terapi berdasarkan penyebabnya :
1)      Bacterial, antimikrobal
2)      Streptokokus, penisilin
3)      Klien alergi penisilin , sefalofrim
4)      AB diberikan selama 10 hari untuk streptokokus

h)      Pendidikan kesehatan pada klien, untuk mencegah penularan infeksi
1)      Jelaskan menghindari kontak dengan orang lain sampai demam hilang
2)      Hindari penggunaan alcohol, merokok, makanan yang dingin
3)      Beri dorongan kepada klien untuk minum 2-2.5 liter per hari
4)      Anjurkan berkumur dengan cairan normal

7.      Laringitis
a)      Pengertian 
Laringitis adalah peradangan membrane mukosa yang melapisi laring dan disertai edema pita suara.

b)      Etiologi laringitis :
1)      Virus
2)      Bakteri
3)      Perluasan infeksi rhinitis
Selain etiologi diatas dapat juga disebabkan oleh :
1)      Suhu udara yang dingin
2)      Perubahan temperature tiba-tiba
3)      Pemajuan terhadap debu
4)      Bahan kimia
5)      Asap/uap
6)      Penggunaan pita suara berlebihan
7)      Merokok berlebihan.

c)      Patofisiologi laringitis

    Virus / bakteri. Zat iritan ( bahan kimia, debu )
                                          Masuk kedalam tubuh
                              Mekanisme pertahanan tubuh menurun
                                                      Laringitis 
d)     Tanda dan gejala laringitis :
1)      Laringitis akut :
a)      Suara serak
b)      Tidak dapat mengeluarkan suara ( afonia )
c)      Batuk berat
d)     Tenggorokan nyeri dan gatal


2)      Laringitis kronis :
a)      Suara serak yang persisten
b)      Nyeri tenggorok memburuk pada pada pagi dan malam hari
c)      Batuk kering dan keras

e)      Komplikasi laringitis: Sinusitis kronik dan bronchitis kronik
f)       Pemeriksaan diagnostic, pada klien laringitis kultur organisme penyebab dari laring
g)      Penatalaksanaan
1)      Laringitis akut :
a)      Pemberian zat iritan
b)      Mengistirahatkan suara
c)      Hindari di tempat tidur
d)     Inhalasi uap
e)      Pemberian antibiotic pada klien infeksi dengan bakteri


2)      Laringitis kronik :
a)      Istirahat suara 
b)      Pengobatan terhadap infeksi
c)      Membatasi merokok
d)     Inhalasi uap 
e)      Pengobatan kortikosteroid topical

8.      Sinusitis
a)      Pengertian
Sinusitis adalah peradangan pada membrane mukosa sinus merupakan penyakit yang sering terjadi meskipun kejadiannya mulai berkurang dengan adanya antibiotika.

b)      Etiologi sinusitis antara lain :
1)      Streptokokus pneumoniae
2)      Stapilokokus aureus
3)      Haemofilus influenza
4)      Infeksi gigi
5)      Komplikasi rhinitis

c)      Patofisiologi sinusitis
Virus atau bakteri infeksi/ abses gigi komplikasi rhinitis
                                    Masuk kedalam tubuh
                        Mekanisme pertahanan tubuh menurun
                                             Sinusitis

d)     Tanda dan gejala sinusitis
1)      Sinusitis akut :
a)      Nyeri kepala hebat dan vertigo
b)      Nyeri pada sinus
c)      Edema orbita
d)     Secret nasal yang purulen
e)      Klien mengalami demam
2)      Sinusitis kronik
a)      Klien mengalami batuk
b)      Secret purulent kronis
c)      Nyeri kepala kronis pada daerah periorbital
d)     Kemampuan penciuman hilang
e)      Nyeri wajah terutama pada saat bangun tidur pagi hari

e)      Komplikasi sinusitis
Komplikasi yang sering timbul pada klien sinusitis antara lain :
a)      Osteomyelitis pada tulang tulang- tulang yang berdekatan
b)      Abses otak
c)      Thrombosis sinus venosus
d)     Selulitis orbital
e)      Septicemia

9.      Rinitis
a)      Pengertian
Rhinitis adalah suatu inflamasi yang timbul pada membrane mukosa hidung dapat bersifat kut ataupun kronis.
Rhinitis  akut merupakan peradangan membrane mukos hidung dn sinus-sinus aksesoris. Penyakit ini dapat mengenai hampir setiap orang pada suatu waktu dan sering terjadi pada musim dingin dengan insidens tertinggi pada awal musim hujan dan musim semi.

b)      Etiologi rhinitis
1)      Infeksi saluran pernafasan atas
2)      Penggunaan dekongestan secara terus menerus, oral kontrasepsi, kokain dan anti hipertensi
3)      Benda asing yang masuk kedalam hidung
4)      Deformitas structural
5)      Neoplasma dan massa

c)      tanda dan gejala rhinitis
1)      rhinitis alut biasanya mengalami demam dengan disertai menggigil dan kelemahan.
2)      kongesti nasal
3)      sekresi hidung prulen
4)      gatal pada hdung
5)      bersin-bersin         
6)      salit kepala, terutama pada klien dengan komplikasi sinus
7)      pada rhinitis kronis terjadi obstruksi nasal yang disertai perasaan kaku dan tertekan pada  hidung serta vertigo

d)     penatalasanan medis
penanganan tergantung pada penyebabnya :
1)      pada rhinitis alergik,lakukan identifikasi kemungkinan allergen yang menyebabkan rinitis
2)      terapi obat-obatan: antihistamin,dekongestan,kortikosteroid topical dan natrium kromolin

e)      pendidikan kesehatan
1)      hindari allergen yang menyebabkan rhinitis : debu, asap,bau, tepung,spray dan asap rokok
2)      lakukan inhalasi aerosol nasal untuk mengencerkan sekresi nasal
3)      ajarkan pada klien tentang penggunaan obat-obat terutama aerosol nasal
4)      anjurkan menghembuskn hidung sebelum memberikan obat ke dalam rongga hidung,untuk mencapai kesembuhan maksimal

10.  Tonsilitis dan abses peritonsilar
a)      Pengertian
Tonilitis adalah peradangan pada tonsil dan kriptanya. Sedangkan abses peritonsilar adalah infeksi yang terjadi diatas tonsil dalam jaringan pilar anterior yang terjadi diatas tonsil dalam jaringan pilar anterior dan palatum mole
b)      Etiologi
Tonsillitis disebabkan oleh streptokokus group A, sedangkan abses perionsilar   terjadi setelah infeksi tonsillitis




c)      Patofisiologi   
                                                   Streptokokus group A
                                                                  
                                                   Masuk ke dalam tubuh
                                                                  
                                       Mekanisme pertahanan tubuh menurun
                                                                  
                                                           Tonsillitis
                                                                  
                                                      Abses peritonsilar


d) tanda dan gejala
1)      tonsillitis
a)      sakit tenggorok
b)      demam dan menggigil
c)      klien mengorok
d)     malaise
e)      pernafasan adenoid

2)      abses peritonsilar
a)      dispagia
b)      nyeri setempat
c)      suara besar
d)     pembengkakan palatum mole sampai setengah ostium dari mulut ke faring

3)      pemeriksaan diagnostic pada klien tonsillitis ;kultur usap tonsilar
4)      komplikasi tonsillitis; kerusakan jantung dan ginjal,pneumonia
5)      penatalaksanaan medis tonsillitis:
a)      klien istirahat 6-8 jam/hari
b)      gunakan cairan kumur secara teratur
c)      pemberian cairan 2-2,5 liter/jam
d)     pemberian antibiotic
e)      insisi abses dan drainase

11.  Asuhan keperawatan pada klien dengan infeksi system pernafasan atas terdiri dari pengkajian data, diagnose keperawatan,perencanaan keperawatan pelaksanaan dan evaluasi keperawatan.
a)      Pengkajian data
1)      Riwayat kesehatan
a)      Apakah ada tanda dan gejala sakit kepala
b)      Apakah ada sakit tenggorok?
c)      Apakah ada nyeri tenggorok?
d)     Apakah ada sakit menelan?
e)      Apakah ada batuk?
f)       Apakah ada suara serak?
g)      Apakah ada demam?
h)      Apakah hidung tersumbat?
i)        Apakah ada rasa tidak nyaman umum dan keletihan?
j)        Kapan gejala timbul?
k)      Apakah ada factor pencetusnya,jika ada hal apa yang dapat meringankan atau memperbutuk gejala tersebut?
l)        Apakah ada riwayat alergi/adanya penyakit yang timbul bersamaan?




2)      Pemeriksaan fisik:
a)      Inspeksi menunjukan pembengkakan,lesi, atau asimetris hidung,pendarahan.
b)      Inspeksi mukosa hidung; warna kemerahan,pembengkakan atau eksudat dan polip hidung, yang mungkin terjadi dalam rhinitis kronis.
c)      Palpasi sinus frontalis dan maksilaris, terhadap nyeri tekan yang menunjukan inflamasi.
d)     Palpasi tenggorok,warna kemerahan,lesi.
e)      Inspeksi tonsil dan faring, warna kemerahan, asimetri,adanya drainase,ulserasi atau pembesaran.
f)       Palpasi trachea,apakah posisi pada garis tengah leher,apakah ada massa,deformitas.
g)      Palpasi nodus limfe leher,apakah terjadi pembesaran,nyeri tekan yang berkaitan.

3)      Diagnose keperawatan
Berdasarkan pada data pengkajian diagnose keperawatan utama pada klien infeksi system nafas atas sebagai berikut:
a)      Tidak efektinya jalan nafas berhubungan dengan sekresi berlebihan akibat proses inflamasi
b)      Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan iritasi jalan nafas atas akibat infeksi
c)      Gangguan komunikasi verbal yang berhubungan dengan iritasi jalan nafas atas infeksi/pembengkakan
d)     Deficit volume cairan berhubungan dengan peningkatan kehilangan cairan sekunder akibat diaforesis yang berkaitan dengan demam
e)      Kurang pengetahuan mengenai perawatan penyakitnya




4)      Perencanaan keperawatan
Dalam menyusun perencanaan keperawatan berpedoman pada diagnose keperawatan yang ditemukan:
a)      Diagnose 1
Tidak efektifnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan sekresi berlebihan sekunder akibat proses inflamasi
      Tujuan: bersihan jalan nafas efektif
      Kriteria hasil:
1)      Frekuensi nafas normal 16-20 x/menit
2)      Bunyi nafas bersih
3)      Kongesti hilang
4)      Jalan nafas bersih
Intervensi:
1)      Kaji perubahan pola nafas
Rasional : pola nafas dapat berubah karena ada sumbatan jalan nafas
2)      Tingkatkan masukan cairan 2-3 liter/hari
Rasional : hidrasi dapat mengencerkan lender
3)      Lakukan inhalasi 2kali/hari
Rasional : untuk meningkatkan drainase dan sisi sinus yang terinfeksi
4)      Kolaborasi dalam pemberian pengobatan sistemik atau topical
Rasional : untuk membantu menghilangkan kongesti nasal atau tenggorok
                
b)      Diagnose 2
          Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan iritasi jalan nafas atas akibat infeksi
                 Tujuan: meningkatkan kenyamanan nyeri teratasi
Kriteria hasil : klien mengikuti tindakan yang dianjurkan, nyeri berkurang atau hilang
       Intervensi
1)      Kaji tingkat nyeri.frekuensi,durasi,skala
Rasional : untuk mengetahui perubahan nyeri
2)      Berikan kompres hangat pada bagian yang nyeri
Rasional : untuk menghilangkan nyeri
3)      Pemberian analgesic sesuai program yang obatan
Rasional : untuk menghilangkan nyeri
4)      Anjurkan klien untuk istirahat 6-8jam/hari
Rasional : istirahat dapat membantu menghilangkan rasa nyeri
5)      Anjurkan klien untuk melakukan teknik hygiene umum pada mulut dan hidung
Rasional : untuk membantu menghilangkan rasa tidak nyaman setempat

c)      Diagnose 3
Gangguan komunikasi verbal yang berhubungan dengan iritasi jalan nafas atas infeksi/pembengkakan
     Tujuan : gangguan komunikais teratasi
     Kriteria hasil : klien dapat melakukan komunikasi secara non verbal
     Intervensi:
1)      Jelaskan pada klien untuk mengurangi berbicara selama serangan akut
Rasional : untuk mempercepat penyembuhan penyakit
2)      Anjurkan komunikasi melalui tulisan bila memugkinkan
Rasional : karena regangan pita suara lebih lanjut dapat mennghambat pulihnya suara dengan sempurna



d)     Diagnose 4
            Deficit volume cairan berhubungan dengan peningkatan kehilangan cairan sekunder akibat diaforesis yang berkaitan dengan demam
                 Tujuan : kebutuhan cairan terpenuhi
                 Kriteria hasil:
1)      Intake cairan adekuat 2-3 liter sehari
2)      Tidak terdapat tanda-tanda dehidrasi
3)      Suhu normal 36c-37c
                 Intervensi
1)      Kaji klien minum 2-3 liter perhari selama fase akut kecuali ada kontrakdikasi
Rasional : hal ini dapat memenuhi kebutuhan cairan dalam tubuh
2)      Observasi tanda-tanda dehidrasi
Rasional : dapat mengetahui kekurangan cairan sedini mungkin
3)       Observasi tanda-tanda vital
Rasional : kekurangan cairan dapat meningkatkan suhu tubuh
4)      Kolaborasi dalam pemberian cairan intavena
Rasional : pemenuhan kebutuhan cairan secara sepat, jika per oral tidak memungkinkan

e)      Diagnose 5
Kurang pengetahuan mengenai perawatan penyakitnya
     Tujuan : pemahaman klien tentang penyakitnya meningkat
Kriteria hasil :
menunjukan pemahaman tentang perawatan penyakitnya,pencegahan infeksi,diet,istirahat dan pengobatan
Intervensi
1)      Jelaskan pentingnya cuci tangan
Rasional : untuk mencegah terjadinya infeksi
2)      Jelaskan tentang pentingnya minum obat secara teratur
Rasional : mencegah resistensi obat dan mempercepat penyembuhan
3)      Jelaskan tentang pentingnya diet
Rasional :  untuk mengetahui daya tahan tubuh
4)      Jelaskan pentingnya istirahat dan tidur yang cukup 6-8 jam/hari
Rasional : untuk mendukung daya tahan tubuh dan mengurangi terhadap infeksi pernafasan
5)      Jelaskan kepada klien agar menutup mulut saat batuk dan bersin
Rasional : untuk mencegah penularan penyakit pada orang lain

12.  Pelaksanaan keperawatan
Pelaksanaan keperawatan sesuai dengan rencana keperawatan yang telah disusun pada perencanaan

13.  Evaluasi keperawatan
a)      Bersihan jalan nafas efektif
1)      Frekuensi nafas normal
2)      Bunyi nafas bersih
3)      Jalan nafas klien bersih
b)      Kenyamanan klien meningkat
1)      Nyeri berkurang/hilang
2)      Skala 0-3
c)      Komunikasi lancer
1)      Klien dapat melakukan komunikasi nonverbal
2)      Klien mampi melakukan komunikasi melalui tulisan




d)     Intake cairan adekuat
1)      Intake cairan 2-3 liter perhari
2)      Tidak terdapat tanda-tanda dehidrasi
3)      Suhu tubuh normal
e)      Pemahaman klien tentang penyakit meningkat yaitu dalam hal
1)      Pencegahan infeksi
2)      Diet
3)      Istirahat
4)      Pengobatan








BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Bronchopneumonia adalah infeksi atau peradangan pada jaringan  paru terutama alveoli atau parenkim yang sering menyerang pada anak-anak. Penyebab bronchopneumonia adalah bakteri,  virus, jamur, dan protozoa. Adapun manefestasi klinis yang ditimbulkan antara lain cyanosis, nafas cuping hidung, takikardia, dyspnea, gelisah, stridor, reaksi otot dada dan sesak. Komplikasi dapat muncul jika terjadi penyebaran infeksi seperti meningitis, otitis media, pericarditis, bronkiektasis, empisema dan lain-lain.

B.     Saran
Penulis mengharapkan makalah ini dapat dijadikan sebagai pedoman dalam memberikan asuhan keperawatan dan dijadikan sebagai tambahan sumber bahan kuliah keperawatan anak.
Penulis juga menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak luput dari kesalahan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun.








DAFTAR PUSTAKA

Barbara, E. 1999. Rencana asuhan keperawatan medical bedah. Vol 1. Jakarta. EGC
Doenges, M.E.et.all. 2000. Rencana asuhan keperawatan. Edisi 3. Jakarta. EGC
Manurung Santa. 2008 asuhan keperawatan gangguan sistem pernapasan akibat infeksi. Jakarta. Tim



Tidak ada komentar:

Posting Komentar