BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sel-sel hidup dalam tubuh
diselubungi cairan interstisial yang mengandung konsentrasi nutrien, gas dan
elektrolit yang di butuhkan untuk mempertahankan fungsi normal sel.
Kelangsungan hidup memerlukan lingkungan internal yang konstan (homeostatis).
Mekanisme regulator penting untuk mengendalikan keseimbangan volume, komposisi
dan keseimbangan asam basa cairan tubuh
selama fluktuasi metabolik normal atau saat terjadi abnormaliasai seperti penyakit atau trauma.
Menjaga agar volume cairan tubuh
tetap relatif konstan dan komposisinya tetap setabil adalah penting untuk
homeostatis. Sistem pengaturan mempertahankan konsatnnya cairan tubuh,
keseimbangan cairan dan elektrolit dan asam basa, dan pertukaran kompartemen cairan
ekstraseluler dan intraseluler.
Kehidupan manusia sangat bergantung
pada apa yang ada di sekelilingnya termasuk dalam memenuhi kebutuhan dasarnya yaitu makan dan
minum lebih kurang 60% berat badan orang dewasa pada umumnya terdiri dari
cairan (air dan elektrolit). Faktor yang mempengaruhi jumlah cairan tubuh
adalah umur, jenis kelamin, dan kandungan lemak dalam tubuh.
Secara umum orang yang lebih muda
mempunyai persentase cairan tubuh yang lebih tinggi dibanding dengan orang yang
lebih tua, dan pria secara proporsional mempunyai lebih banyak cairan tubuh
dibanding dengan wanita. Orang yang lebih gemuk mempunyai jumlah cairan yang
lebih sedikit dibandingkan dengan orang yang lebih kurus, karena sel lemak
mengandung sedikit air.
Cairan tubuh terdiri dari dua
kompartemen cairan, yaitu: ruang intra seluler (cairan dalam sel) dan ruang
ekstra seluler (cairan luar sel). Kurang lebih 2/3 cairan tubuh berada dalam
kompartemen cairan intra sel, dan kebanyakan terdapat pada massa otot skeletal.
60 % berat badan tubuh adalah : a.Cairan intrasel (CIS) 40 % dari berat
badan b.Cairan ekstrasel (CES) 20 % dari berat badan yang terdiri dari
cairan intravaskuler (plasma) 5 % dari berat badan, dan cairan interstisil 15 %
dari berat badan.
1.2
Pengertian Cairan dan Elektrolit
Cairan dan elektrolit sangat
diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap sehat. Keseimbangan cairan
dan elektrolit di dalam tubuh adalah merupakan salah satu bagian dari fisiologi
homeostatis. Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan
perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri
dari air ( pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat
kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion
jika berada dalam larutan.
Cairan dan elektrolit masuk ke dalam
tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan intravena (IV) dan didistribusi ke
seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya
distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh
bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan
yang lainnya jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya.
Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu : cairan intraseluler dan
cairan ekstraseluler.
Cairan intraseluler adalah cairan
yang berda di dalam sel di seluruh tubuh, sedangkan cairan akstraseluler adalah
cairan yang berada di luar sel dan terdiri dari tiga kelompok yaitu : cairan
intravaskuler (plasma), cairan interstitial dan cairan transeluler. Cairan
intravaskuler (plasma) adalah cairan di dalam sistem vaskuler, cairan
intersitial adalah cairan yang terletak diantara sel, sedangkan cairan
traseluler adalah cairan sekresi khusus seperti cairan serebrospinal, cairan
intraokuler, dan sekresi saluran cerna.
1.3 Volume cairan tubuh
Total jumlah
volume cairan tubuh (total body water-TBW) kira-kira 60 % dari berat badan pria
dan 50 % dari berat badan wanita. Jumlah volume ini tergantung pada kandungan
lemak badan dan usia. Lemak jaringan sangat sedikit menyimpan cairan, dimana
lemak pada wanita lebih banyak dari pria sehingga jumlah volume cairan lebih
rendah dari pria. Usia juga berpengaruh terhadap TBW dimana makin tua usia
makin sedikit kandungan airnya. Sebagai contoh, bayi baru lahir TBW-nya 70-80 %
dari BB, usia 1 tahun 60 % dari BB, usia pubertas sampai dengan 39 tahun untuk
pria 60 % dari BB dan untuk wanita 52 % dari BB, usia 40-60 tahun untuk pria 55
% dari BB dan wanita 47 % dari BB, sedangkan pada usia diatas 60 tahun untuk
pria 52 % dari BB dan wanita 46 % dari BB.
1.4Keseimbangan cairan
Keseimbangan
cairan ditentukan oleh intake atau masukan cairan dan pengeluaran
cairan. Pemasukan cairan berasal dari minuman dan makanan. Kebutuhan cairan setiap hari antara 1.800-2.500
ml/hari. Sekitar 1.200 ml berasal dari minuman dan 1.000 ml dari makanan.
Sedangkan pengeluaran cairan melalui ginjal dalam bentuk urine 1.200 –
1.500 ml/hari, feses 100 ml, paru-paru 300-500 ml dan kulit 600-800 ml.
Prinsip
dasar keseimbangan cairan:
1.
Air bergerak
melintasi membran sel karena osmolaritas cairan interseluler dan ekstraseluler tetapi hampir sama satu
sama lain kecuali beberapa menit setelah perubahan salah satu kompartemen.
2.
Membran sel
hampir sangat impermeabel terhadap banyak zat terlarut karena jumlah osmol
dalam cairan ekstraseluler atau
intraseluler tetapi konstan, kecuali jika zat terlarut ditambahkan atau
dikurangi dari kompartemen ekstraseluler. Dengan kondisi ini kita dapat
menganalisis efek berbagai kondisi cairan abnormal terhadap volume dan
osmolaritas cairan ekstraseluler dan osmolaritas cairan intraseluler.
1.5 Faktor
yang memengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit
1. Usia
Asupan cairan individu bervariasi
berdasarkan usia. Dalam hal ini, usiaberpengaruh terhadap proporsi tubuh, luas
permukaan tubuh, kebutuhan metabolik, serta berat badan. Bayi dan anak di masa
pertunbuhan memiliki proporsi cairan tubuh yang lebih besar dibandingkan orang
dewasa.Karenanya, jumlah cairan yang diperlukan dan jumlah cairan yang hilang
juga lebih besar dibandingkan orang dewasa. Besarnya kebutuhan cairan pada bayi
dan anak-anak juga dipengaruhi oleh laju
metabolik yang tinggi serta kondisi ginjal mereka yang belum atur dibandingkan
ginjal orang dewasa. Kehilangan cairan
dapat terjadi akibat pengeluaran cairan yang besar dari kulit dan
pernapasan. Pada individu lansia,
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit sering disebabkan oleh masalah jantung atau gangguan ginjal
2. Aktivitas
Aktivitas hidup seseorang sangat
berpengaruh terhadap kebutuhan cairan dan elektrolit. Aktivitas menyebabkan
peningkatan proses metabolisme dalam tubuh. Hal ini mengakibatkan penigkatan haluaran cairan melalui
keringat. Dengan demikian, jumlah cairan
yang dibutuhkan juga meningkat. Selain itu,kehilangan cairan yang tidak disadari (insensible water loss) juga
mengalami peningkatan laju pernapasan dan aktivasi kelenjar keringat.
3. Iklim
Normalnya,individu yang tinggal di
lingkungan yang iklimnya tidak terlalu panas
tidak akan mengalami
pengeluaran cairan yang ekstrem melalui kulit dan pernapasan. Dalam situasi ini, cairan yang keluar umumnya
tidak dapat disadari (insensible water loss,
IWL). Besarnya IWL pada tiap individu bervariasi, dipengaruhi oleh suhu
lingkungan, tingkat metabolisme,dan usia. Individu yang tinggal di lingkungan
yang bertsuhu tinggi atau di dearah deangan kelembapan yang rendah akan lebih
sering mengalami kehilangan cairandan elektrolit. Demikian pula pada orang yang bekerja berat di lingkungan yang bersuhu tinggi,mereka dapat
kehilangan cairan sebanyak lima litet sehaei melalui keringat. Umumnya, orang
yang biasa berada di lingkungan panas akan
kehilangan cairan sebanyak 700 ml per jam saat berada ditempat yang
panas, sedangkan orang yang tidak biasa
berada di lingkungan panas dapat
kehilangan cairan hingga dua liter per jam.
4. Diet
Diet seseorang berpengaruh juga
terhadap asupan cairan dan elektrolit. Jika asupan maknan tidak seimbang, tubuh berusaha
memcah simpanan protein dengan terlebih
dahulu memecah simpanan lemak dan glikogen. Kondisi ini menyebabkan
penurunan kadar albumin.
5. Stress
Kondisi stress berpengaruh pada
kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh. Saat stress, tubuh mengalami peningkatan
metabolism seluler, peningkatan konsentrasi glukosa darah, dan glikolisis otot.
Mekanisme ini mengakibatkan retensi air dan natrium.Disamping itu, stress juga
menyebabkan peningkatan produksi hormone anti deuritik yang dapat mengurangi
produksi urine.
6. Penyakit
Trauma pada jaringan dapat
menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit dasar sel atau jaringan yang rusak (mis.Luka robek,
atau luka bakar). Pasien yang menderita
diare juga dapat mengalami
peningkatan kebutuhan cairan akibat kehilangan cairan melalui saluran gastro
intestinal. Gangguan jantung dan ginjal juga
dapat menyebabkan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
Saat aliran darah ke ginjal menurun karena kemampuan pompajantung menurun,
tubuh akanmelakukan penimbunan cairan
dan natrium sehingga terjadi retensi
cairan dan kelebihan beban cairan (hipervelomia). Lebih lajut, kondisi inidapat menyebabkan
edema paru. Normalnya, urine akan
dikeluarkan dalam jumlah yang cukup
untukmenyeimbangkan cairan dan elektrolit serta
kadar asam dan
basa dalam tubuh. Apabila asupan
cairan banyak, ginjal
akan memfiltrasi cairan lebih banyak dan menahan ADH sehingga produksi urine
akan meningkat. Sebaliknya, dalam
keadaan kekurangan cairan, ginjal akan menurunkan produksi urine dengan berbagi cara.
Diantaranya peningkatan reapsorpsi tubulus, retensi natrium dan pelepasan renin. Apabila ginjal
mengalami kerusakan, kemampuan ginjal
untuk melakukan regulasi akan menurun. Karenanya, saat terjadi gangguan
ginjal (mis., gagal ginjal) individu dapat mengalami oliguria (produksi urine
kurang dari 40ml/ 24 jam) sehingga
anuria (produksi urine kurang dari 200
ml/ 24 jam).
7. Tindakan Medis
Beberapa tindakan medis menimbulkan
efek sekunder terhadap kebutuhan cairan dan
elektrolit tubuh. Tindakan pengisapan cairan lambung dapat menyebabkan
penurunan kadar kalsium dan kalium.
Pengobatan
Penggunaan beberapa obat seperti
Diuretik maupun laksatif secara berlebihan dapat menyebabkan peningkatan kehilangan cairan
dalam tubuh.Akibatnya, terjadi defist
cairan tubuh. Selain itu, penggunan diuretic menyebabkan kehilangan
natrium sehingga kadar kalium akan
meningkat. Penggunaan kortikostreroid dapat pula menyebabkan retensi natrium
dan air dalam tubuh.
9. Pembedahan
Klien yang menjalani pembedahan
beresiko tinggi mengalami
ketidakseimbangan cairan. Beberapa klien dapat kehilangan banyak darah selama
perode operasi, sedangkan beberapa
klien lainya justru mengalami kelebihan beban cairan akibat asupan cairan berlebih melalui intravena selama pembedahan
atau sekresi hormon ADH selama masa stress akibat obat- obat anastesia.
1.6 Gejala Paling Umum dari Ketidakseimbangan Elektrolit:
- Kelelahan
- Kram otot dan kejang
- Mual
- Pusing
- Pingsan
- Lekas marah
- Muntah
- Mulut kering
- Denyut jantung lambat
- Kejang
- Palpitasi
- Tekanan darah rendah
- Kurangnya koordinasi
- Sembelit
- Kekakuan sendi
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
a. Identitas Pasien
Nama
: Tn.YU
Umur
: 28 Tahun
Agama
: Islam
Jenis Kelamin :
perempuan
Status
: Belum
menikah
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: Swasta
Suku
Bangsa
: Indonesia
Alamat
: Sunter Agung, jakarta
utara
Tanggal Masuk : 30 Juli 2015
Tanggal Pengkajian : 02 Agustus 2015
No.
Register
: 029477
Diagnosa Medis : Diare Akut
b. Identitas
Penanggung Jawab
Nama
: Ny.As
Umur
: 54 Tahun
Hub. Dengan Pasien : Ibu
Pekerjaan
: Ibu rumah
tangga
Alamat
: Sunter
Agung,Jakarta utara
B. Status Kesehatan
a. Status
Kesehatan Saat Ini
1) Keluhan Utama (Saat MRS dan saat
ini)
Pada saat MRS
dan pengkajian, pasien mengeluh lemas di seluruh badannya, klien mengatakan
diare sejak 3 hari yang lalu dan dalam sehari BAB lebih dari 8 x.
2) Alasan masuk rumah sakit dan
perjalanan penyakit saat ini
Sekitar 2 bulan yang lalu pasien mengalami
diare dan dibawa ke dokter lalu diberi obat dan injeksi, namun tidak
sembuh-sembuh. Kemudian keluarga mencoba pengobatan non-medis, dan dikatanya
pasien terkena penyakit magic, namun tidak sembuh juga. Setelah beberapa minggu
kondisi pasien semakin memburuk, sehingga istri pasien membawa pasien ke
RS.SATYA NEGARA pada tanggal 30 juli 2012, pada pukul 20.00 Wita.
Sesampainya di RS pasien langsung dirujuk ke IGD, keadaan pasien saat itu
lemes, pusing, dan enek di bagian ulu hati, sehinggga perawat memberikan
tindakan medis seperti memasang infus, mengukur TTV dan akhirnya dibawa ke ruang
rawat inap lantai 2 RS.SATYA NEGARA.
Pada saat pengkajian pasien mengeluh masih
sedikit pusing, enek di ulu hati serta saat BAB fesesnya masih encer dan
bercampur darah .
3) Upaya yang dilakukan untuk
mengatasinya
Hal yang pertama dilakukan keluarga pasien
adalah membawa pasien berobat ke dokter.
b. Satus Kesehatan Masa Lalu
1) Penyakit yang pernah dialami
Pasien mengatakan bahwa ia pernah mengalami
penyakit seperti batuk, pilek, dan demam.
2) Pernah dirawat
Pasien mengatakan bahwa ia tidak pernah
dirawat di rumah sakit sebelumnya.
3) Alergi
Pasien mengatakan bahwa ia tidak mempunyai
riwayat alergi terhadap obat-obatan ataupun makanan
C. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien
mengatakan bahwa ia maupun keluarganya tidak mempunyai riwayat penyakit
keluarga ataupun keturunan, seperti DM, asma, penyakit jantung, maupun
hipertensi.
D. Diagnosa Medis dan therapy
1)
Diagnose medis : Diare Akut
2)
Therapy
JENIS
|
NAMA OBAT
|
DOSIS
|
RUTE
|
Injeksi
|
IVFD RL+kCl IA
|
20 tpm
|
Intravena
|
Injeksi
|
Levolin
|
1x1 fls
|
Intravena
|
Tablet
|
Tri mexol forte
|
3x1 mg
|
Oral
|
Tablet
|
Trans fector
|
3x2 mg
|
Oral
|
Tablet
|
Govasol
|
1x1 mg
|
Oral
|
Tablet
|
Ripal bumin
|
3x2 mg
|
Oral
|
E. Pengkajian Fisik
a.
Keadaan umum
: Lemas
Tingkat kesadaran : komposmetis
/ apatis / somnolen / sopor/koma
GCS
: verbal=5, Psikomotor = 6, Mata = 4
b. Tanda-tanda
Vital : Nadi = 68 Suhu = 37̊C, TD =130/80
mmHg,RR = 20
b. Keadaan
fisik
a)Kepala dan leher :
Bentuk kepala
pasien normal simetris, tidak terlihat adanya alopesia, warna rambut hitam,
kebersihan cukup, tidah terdapat luka pada kulit kepala dan wajah, tidak ada
nyeri tekan, tidak teraba massa. Alis dan mata terlihat simetris, tidak terdapat
udim palpebra, sklera aninterik, pupil isokor miosis, konjungtiva anemis.
Hidung simetris, tidak terlihat adanya serumen, penyebaran silia merata, tidak
teraba massa dan nyeri tekan pada sinus frontalis, sinus etmoidalis, sinus
spenoidalis, dan sinus masilaris. Telinga simetris, tidak terlihat adanya
serumen dan discart, tidak terlihat adanya betelsains, tidak teraba massa dan
nyeri tekan pada tragus, cartilago, dan aurikul. Mulut simetris, mukosa bibir
kering, tidak terlihat adanya stomatitis. Leher terlihat simetris, tidak
terlihat adanya hiperpigmentasi, tidak terlihat adanya lesi, tidak terlihat
peningkatan JVP, tidak teraba massa pada kelenjar tiroid dan kelenjar limfe.
b) Dada :
·
Paru
Bentuk paru terlihat simetris,
tidak terlihat adanya lesi dan udim, terlihat adanya tatto,tidak teraba massa
dan nyeri tekan, terdengar suara sonor pada ICS 2-8.
·
Jantung
Terlihat iktus kordis,terdengar suara S1 dan S2 tunggal reguler tidak
teraba massa dan nyeri tekan.
c)Payudara dan ketiak :
Bentuk
payudara terlihat simetris, tidak terlihat adanya lesi dan udim, tidak terlihat
hiperpigmentasi, tidak teraba massa dan nyeri tekan.
d) Abdomen :
Tidak terlihat
adanya hiperpigmentasi,tidak terlihat adanya lesi pada abdomen. Terdengar
gerakan peristaltik ±37 kali/menit. Terdapat nyeri tekan pada abdomen.
Terdengar suara pekak.
e)Genetalia :
Tidak terkaji
f) Integumen :
Tidak terlihat
adanya lesi dan udim, tidak terlihat hiperpigmentasi, terlihat adanya tatto di
bagian tangan, kaki, dada dan punggung, kulit terlihat kering dan turgor kulit
tidak elastis.
g) Ekstremitas :
· Atas
Tangan terlihat simetris, tidak terlihat adanya lesi dan udim, tidak terlihat hiperpigmentasi,
terlihat adanya tatto, dan turgor kulit kering, terjadi refleks bisep, dan
kekuatan otot 4.
·
Bawah
Kaki terlihat simetris, tidak terlihat adanya lesi dan udim, tidak terlihat hiperpigmentasi, terlihat
adanya tatto, dan turgor kulit kering, terjadi refleks babinskyn, terjadi
refleks patela, dan kekuatan otot 4.
h) Neurologis :
·
Status mental da emosi :
Ekspresi wajah pasien tampak sedih dan kesal
karena harus bolak-balik toilet
·
Pengkajian saraf kranial :
Semua saraf kranial yang mengatur panca
indra pasien berfungsi secara normal
·
Pemeriksaan refleks :
Semua refleks pada pasien berfungsi secara
normal
F. Pemeriksaan
Penunjang
1. Data laboratorium yang berhubungan
Hematologi rutin pada tanggal 30 Juli 2014
JUMLAH SEL DARAH
|
HASIL
|
SATUAN
|
NILAI RUJUKAN
|
Hemoglobin (HGB)
|
-10,5
|
g/dl
|
13,0-18,0
|
Hematokrit (HTC)
|
-31,8
|
%
|
40-52
|
Lekosit (WBC)
|
7,80
|
10^3/UL
|
3,8-10,6
|
Trombosit (PLT)
|
346
|
10^3/UL
|
150-440
|
Eritrosit (RBC)
|
-3,64
|
10^3/UL
|
4,5-6,5
|
RDW
|
12,9
|
%
|
10-16
|
MPV
|
-7,1
|
fL
|
7,2-11,1
|
PCT
|
0,2
|
%
|
0,2-0,5
|
MCV
|
87,4
|
fL
|
80-100
|
MCH
|
28,8
|
Pg
|
26-34
|
MCHC
|
33,0
|
Pg
|
32-36
|
Limfosit %
|
10,7
|
%
|
20-35
|
Monosit %
|
3,3
|
%
|
2-8
|
Gran %
|
86,0
|
%
|
50-80
|
Lymp #
|
0,80
|
10^3/UL
|
1-5
|
Monosit #
|
0,30
|
10^3/UL
|
0,1-1
|
Gran #
|
6,50
|
10^3/UL
|
2-8
|
G. ANALISA DATA
A.
Tabel Analisa Data
NO.
|
DATA
|
ETIOLOGI
|
MASALAH
|
1.
|
DS :
· Pasien mengatakan biasa minum air putih ±5 gelas/hari.
· Pasien mengatakan bahwa ia BAK ±4 x/hari, dengan karakter urinenya kuning
pekat dan berbau obat.
DO :
· Kulit pasien terlihat kering dan turgor kulit tidak elastis
· konjungtiva anemis
· mukosa bibir kering
TD = mmHg
|
Kondisi
menurun
|
Kekurangan volume cairan
|
2.
|
DS :
· Pasien mengatakan bahwa nafsu
makannnya menurun, ia makan 3x sehari 1 porsi dengan menu bubur dan sayur
bening, tetapi masih bersisa
· Pasien mengatakan bahwa ia
BAB ± 5x/hari dengan bentuk fases encer, feses berwarna kuning, feses
bercampur darah,terdapat sedikit lendir dan berbau obat.
· Pasien mengatakan berat badannya 50kg dan tinggi badannya 165cm
· Pasien mengatakan sedikit pusing
DO:
· Konjungtiva anemis
· Wajah pasien terlihat pucat
· Pasien terlihat lemas
· Mukosa bibir kering
|
Kondisi
menurun
|
Ketidakseimbangan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh
|
3.
|
DS :
· Pasien mengatakan bahwa ia
tidak bisa tidur dengan nyenyak, biasanya ia tidur pukul 20.00 Wita dan
sering terbangun.
DO:
· Wajah pasien terlihat pucat
· Terlihat adanya lingkaran hitam pada sekitar mata pasien
|
Nyeri abdomen
|
Insomnia
|
Kamis,
2-8-2014
|
1
|
Setelah diberikan askep selama 3x24 jam, diharapkan volume cairan pasien
dapat kembali normal, dengan KH :
· Turgor kulit dapat kembali elastic kembali dalam 3 detik
· Mukosa bibir lembab
· Tidak terjadi dehidrasi
· TTV :
TD =
S = 36-37 ̊C
N = 60-90
· RR = 12-20
|
· Kaji tanda vital, contoh TD, frekuensi jantung, nadi, dan suhu (kesamaan
dan volume
· Catat perubahan mental, turgor kulit, hidrasi, membrane mukosa, dan
karaktersputum
· Ukur/hitung masukan, pengeluaran, dan keseimbangan cairan. Catat
kehilangan tak tampak.
· Timbang berat badan
· Kaji tanda vital, contoh TD, frekuensi jantung, nadi, dan suhu
· Berikan cairan IV dalam observasi ketat dengan alat control sesuai
indikasi
· Awasi/ganti elektrolit sesuai indikasi
|
· Kekurangan / perpindahan cairan meningkatkan frekuensi jantung,
menurunkan TD, dan mengurangi volume nadi.
· Penurunan curah jantung mempengaruhi perfusi/ fungsi serebral. Kekurangan
cairan juga dapat diidentifikasi dengan penurunan turgor kulit, membrane
mukosa kering, dan viskositas secret kental.
· Memberikan informasi tentang status cairan umum. Kecenderungan
keseimbangan cairan negatifdapat menunjukan terjadinya deficit.
· Perubahan cepat menunjukkan gangguan dalam air tubuh total
· Untuk membedakan TTV normal klien dengan keadaan pada saat sakit.
· Memperbaiki/mempertahankan volume sirkulasi dan tekanan osmotic. Catatan
meskipun kekurangan cairan, pemberian dapat mengakibatkan peningkatan
kongesti paru, pengaruh negative fungsi pernafasan
· Elektrolit khususnyakalium dan natrium mungkin menurun sebagai akibat
terapi diuretic
|
||
Kamis,
2-8-2014
|
2.
|
Setelah diberikan askep selama 3x24 jam, diharapkan asupan makanan pasien
dapat kembali normal, dengan KH :
· Nafsu makan kembali normal
· Karakteristik feses dapat kembali normal
· Tubuh pasien dapat kembali sehat
· BB pasien dari 50kg menjadi 53kg.
|
· Buat jadwal masukan tiap jam. Anjurkan mengukur cairan/ makanan dan
minuman sedikit demi sedikit atau makan dengan perlahan
· Timbang berat badan
· Tekankan pentingnya menyadari kenyang dan menghentikan masukan
· Beritahu pasien untuk duduk saat makan/ minum
· Diskusikan yang disukai pasien dan masukan dalam diet murni
· Kaji tanda vital, contoh TD, frekuensi jantung, nadi, dan suhu
· Rujuk ke ahli gizi
· Berikan tambahan vitamin B12 injeksi, folat, dan kalsium
sesuai indikasi
|
·
Setelah tindakan pembagian,
kapasitas gaster menurun kurang lebih 50 ml, sehingga perlu makan sering
·
Pengawasan kehilangan dan
alat pengkajian kebutuhan nutrisi/ keefektifan terapi
·
Makan berlebihan dapat
menyebabkan mual/muntah atau kerusakan operasi pembagian
·
Menurunkan kemungkinan
aspirasi
·
Dapat meningkatkan masukan,
meningkatkan rasa berpartisipasi/ control
·
Untuk membedakan TTV normal
klien dengan keadaan pada saat sakit.
·
Perlu bantuan dalam
perencanaan diet yang memenuhi kebutuhan nutrisi
·
Tambahan dapat diperlukan
untuk mencegah anemia karena gangguan absorpsi. Peningkatan motilitas usus
setelah prosedur bypass merendahkan kadar kalsium dan meningkatkan absorpsi
oksalat, dimana dapat menimbulkan pembentukan batu urine.
|
||
Kamis,
2-8-2014
|
3.
|
Setelah diberikan askep selama 3x24 jam diharapkan pola tidur pasien
dapat kembali normal, dengan KH:
· Pasien dapat tidur dengan
nyenyak
· Tidak terlihat lingkaran
hitam pada mata
· Pasien tidak terjaga
|
· Batasi masukan makanan/ minuman mengandung kafein
· Dukung kelanjutan kebiasaan ritual sebelum tidur
· Pastikan kebiasaan defekasi pasien dan gaya hidup sebelumnya.
· Tinjau ulang pola diet dan jumlah/ tipe masukan cairan
· Libatkan pasien dalam perawatan ostomi secara bertahap
· Berikan analgesic, sedative saat tidur sesuai indikasi
|
· Kafein dapat memperlambat pasien untuk tidur dan mempengaruhi tidur tahap
REM, mengakibatkan pasien tidak merasa segar saat bangun.
· Meningkatkan relaksasi dan kesiapan untuk tidur
· Membantu dalam pembentukkan jadwal irigasi efekttif untuk pasien
kolostomi
· Masukan adekuat dari serat dan makanan kasar memberikan bulk, dan cairan
adalah factor penting dalam penentuankriteria feses.
· Rehabilitasi dapat dipermudah dengan mendorongpasien mandiri dan
terkontrol
·
Nyeri mempengaruhi pasien untuk jatuh/tertidur
|
H. Implementasi Keperawatan
Hari/
Tgl/Jam
|
No. Dx
|
Tindakan
Keperawatan
|
Evaluasi proses
|
Ttd
|
Kamis,
02-08-2014
Pkl.
07.00Wib
Pkl.
08.15Wib
Pkl.
08.15Wib
Pkl.
08.15Wib
Pkl.
11.00Wib
Pkl.
16.10Wib
Pkl.
16.10Wib
Pkl.
22.00Wib
|
3
|
Mengganti
alat tenun
|
DS : pasien mengatakan bersedia diganti alat tenunnya
DO : tempat tidur pasien terlihat lebih bersih
|
|
1,2
|
Menimbang berat badan pasien
|
DS: Pasien mengatakan bersedia diukur berat badannya
DO: BB pasien 50kg
|
||
1,2
|
Memberikan
cairan IV RL
|
DS: Pasien mengatakan bersedia dipakaikan infus
DO: obat dimasukkan melalui injeksi dan tidak terlihat adanya reaksi
alergi.
|
||
1,2
|
Memberikan
obat oral tri mexol forte, trans fector, govasol
|
DS: pasien bersedia diberikan obat
DO: obat diberikan secara oral
|
||
1,2
|
Mengkaji
TTV
|
DS : pasien mengatakan lemas dan nyeri saat menelan
DO:
Nadi = 80
Suhu = 37 ̊C
TD
= mmHg,
RR = 20
|
||
1,2
|
Menanyakan
asupan makanan/ minuman
|
DS : pasien mengatakan tidak nafsu makan
DO : makanan pasien terlihat masih tersisa
|
||
1,2
|
Memberikan
obat oral
|
DS: pasien bersedia diberikan obat
DO: tidak terlihat adanya reaksi alergi
|
||
1,2
|
Memberikan
obat oral
|
DS: pasien bersedia diberikan obat
DO: tidak terlihat adanya reaksi alergi
|
||
Jum’at,
03-08-2014
Pkl.
05.00Wib
Pkl.
05.15Wib
Pkl.
07.05Wib
Pkl.
08.15Wib
Pkl.
08.15Wib
Pkl.
11.00Wib
Pkl.
16.05Wib
Pkl.
17.05Wib
Pkl.
17.05Wib
Pkl.
22.05Wib
|
1,2
|
Mengkaji TTV
|
DS : pasien mengatakan lemas, nafsu makan menurun
DO:
Nadi = 80
Suhu = 38,3 ̊C
TD
= mmHg
RR = 20
|
|
3
|
Memandikan pasien
|
DS : pasien menolak untuk dimandikan
DO: pasien dimandikan oleh keluarganya
|
||
3
|
Mengganti alat tenun
|
DS : pasien mengatakan lebih nyaman
DO : tempat tidur pasien terlihat lebih bersih
|
||
1,2
|
Mengganti cairan infuse
|
DS : pasien bersedia diganti infusnya
DO : Infus berjalan dengan lancar
|
||
1,2
|
Memberikan obat tri mexol forte, trans fector, govasol, ripal bumin
|
DS: pasien bersedia diberikan obat
DO: tidak terlihat adanya reaksi alergi
|
||
1,2
|
Mengkaji
TTV
|
DS : pasien mengatakan lemas
DO:
Nadi = 80
Suhu = 37,3 ̊C
TD
= mmHg
RR = 20
|
||
1,2
|
Mengkaji TTV
|
DS : pasien mengatakan pusing dan enek di ulu hati
DO:
Nadi = 80
Suhu = 36,7 ̊C
TD
= mmHg
RR = 20
|
||
1,2
|
Memberikan
obat oral tri mexol forte
|
DS: pasien bersedia diberikan obat
DO: tidak terlihat adanya reaksi alergi
|
||
1,2
|
Mengganti
cairan infuse
|
DS : pasien bersedia diganti infusnya
DO : Infus berjalan dengan lancer
|
||
1,2
|
Memberikan
obat oral tri mexol forte, trans fector, , ripal bumin
|
DS: pasien bersedia diberikan obat
DO: obat diberikan secara oral
|
||
Sabtu,
04-08-2014
Pkl.
05.00Wib
Pkl.
05.20Wib
Pkl.
07.15Wib
Pkl.
10.15Wita
Pkl.
10.15Wita
Pkl.
11.15Wita
Pkl.
16.15Wita
Pkl.
17.15Wib
Pkl.
17.15Wib
Pkl.
17.15Wib
Pkl.
22.15Wib
|
1,2
|
Mengkaji TTV
|
DS: pasien mengatakan masih lemas
DO:
Nadi = 80
Suhu = 36,7 ̊C
TD
= mmHg
RR = 20
|
|
3
|
Memandikan pasien
|
DS : pasien menolak untuk dimandikan
DO: pasien dimandikan oleh keluarganya
|
||
3
|
Mengganti alat tenun
|
DS : pasien mengatakan lebih nyaman dan dapat tidur dengan nyenyak
DO : tempat tidur pasien terlihat lebih bersih dan lingkaran hitam pada mata terlihat berkurang
|
||
1,2
|
Mengganti cairan infuse
|
DS : pasien bersedia diganti infusnya
DO : Infus berjalan dengan lancar
|
||
1,2
|
Memberikan obat oral tri mexol forte, trans fector, , ripal bumin,
govasol
|
DS: pasien bersedia diberikan obat
DO: tidak terlihat adanya reaksi alergi
|
||
1,2
|
Mengkaji TTV
|
DS : pasien mengatakan sudah tidak pusing
DO:
Nadi = 80
Suhu = 37, ̊C
TD
= mmHg
RR = 20
|
||
1,2
|
Mengkaji TTV
|
DS :Pasien
mengatakan minumnya ± 7 gelas
/hari
DO : mukosa bibir terlihat
kering, turgor kulit tidak elastic, TTV-nya :
Nadi = 80
Suhu = 36,7 ̊C
TD
= mmHg
RR = 20
|
||
1,2
|
Memberikan
obat oral tri mexol forte, trans fector, , ripal bumin
|
DS: pasien bersedia diberikan obat
DO: tidak terlihat adanya reaksi alergi
|
||
1,2
|
Menanyakan
asupan makanan/ minuman
|
DS : pasien mengatakan nafsu makan menurun
DO : makanan pasien terlihat masih bersisa
|
||
1,2
|
Mengganti
cairan infuse
|
DS : pasien bersedia diganti infusnya
DO : Infus berjalan dengan lancar
|
||
1,2
|
Memberikan
obat oral tri mexol forte
|
DS: pasien bersedia diberikan obat
DO: tidak terlihat adanya reaksi alergi
|