Rabu, 23 November 2016

BAB I
PENDAHULUAN


1.1  Latar Belakang

Sel-sel hidup dalam tubuh diselubungi cairan interstisial yang mengandung konsentrasi nutrien, gas dan elektrolit yang di butuhkan untuk mempertahankan fungsi normal sel. Kelangsungan hidup memerlukan lingkungan internal yang konstan (homeostatis). Mekanisme regulator penting untuk mengendalikan keseimbangan volume, komposisi dan keseimbangan  asam basa cairan tubuh selama fluktuasi metabolik normal atau saat terjadi abnormaliasai  seperti penyakit atau trauma.
Menjaga agar volume cairan tubuh tetap relatif konstan dan komposisinya tetap setabil adalah penting untuk homeostatis. Sistem pengaturan mempertahankan konsatnnya cairan tubuh, keseimbangan cairan dan elektrolit dan asam basa, dan pertukaran kompartemen cairan ekstraseluler dan intraseluler.
Kehidupan manusia sangat bergantung pada apa yang ada di sekelilingnya termasuk dalam  memenuhi kebutuhan dasarnya yaitu makan dan minum lebih kurang 60% berat badan orang dewasa pada umumnya terdiri dari cairan (air dan elektrolit). Faktor yang mempengaruhi jumlah cairan tubuh adalah umur, jenis kelamin, dan kandungan lemak dalam tubuh.
Secara umum orang yang lebih muda mempunyai persentase cairan tubuh yang lebih tinggi dibanding dengan orang yang lebih tua, dan pria secara proporsional mempunyai lebih banyak cairan tubuh dibanding dengan wanita. Orang yang lebih gemuk mempunyai jumlah cairan yang lebih sedikit dibandingkan dengan orang yang lebih kurus, karena sel lemak mengandung sedikit air.
Cairan tubuh terdiri dari dua kompartemen cairan, yaitu: ruang intra seluler (cairan dalam sel) dan ruang ekstra seluler (cairan luar sel). Kurang lebih 2/3 cairan tubuh berada dalam kompartemen cairan intra sel, dan kebanyakan terdapat pada massa otot skeletal. 60 % berat badan tubuh adalah :  a.Cairan intrasel (CIS) 40 % dari berat badan  b.Cairan ekstrasel (CES) 20 % dari berat badan yang terdiri dari cairan intravaskuler (plasma) 5 % dari berat badan, dan cairan interstisil 15 % dari berat badan.

1.2 Pengertian Cairan dan Elektrolit

Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah merupakan salah satu bagian dari fisiologi homeostatis. Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air ( pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan.
Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya. Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu : cairan intraseluler dan cairan ekstraseluler.
Cairan intraseluler adalah cairan yang berda di dalam sel di seluruh tubuh, sedangkan cairan akstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan terdiri dari tiga kelompok yaitu : cairan intravaskuler (plasma), cairan interstitial dan cairan transeluler. Cairan intravaskuler (plasma) adalah cairan di dalam sistem vaskuler, cairan intersitial adalah cairan yang terletak diantara sel, sedangkan cairan traseluler adalah cairan sekresi khusus seperti cairan serebrospinal, cairan intraokuler, dan sekresi saluran cerna.

1.3 Volume cairan tubuh
      
       Total jumlah volume cairan tubuh (total body water-TBW) kira-kira 60 % dari berat badan pria dan 50 % dari berat badan wanita. Jumlah volume ini tergantung pada kandungan lemak badan dan usia. Lemak jaringan sangat sedikit menyimpan cairan, dimana lemak pada wanita lebih banyak dari pria sehingga jumlah volume cairan lebih rendah dari pria. Usia juga berpengaruh terhadap TBW dimana makin tua usia makin sedikit kandungan airnya. Sebagai contoh, bayi baru lahir TBW-nya 70-80 % dari BB, usia 1 tahun 60 % dari BB, usia pubertas sampai dengan 39 tahun untuk pria 60 % dari BB dan untuk wanita 52 % dari BB, usia 40-60 tahun untuk pria 55 % dari BB dan wanita 47 % dari BB, sedangkan pada usia diatas 60 tahun untuk pria 52 % dari BB dan wanita 46 % dari BB.

1.4Keseimbangan cairan
Keseimbangan cairan ditentukan oleh intake atau masukan cairan dan pengeluaran cairan. Pemasukan cairan berasal  dari minuman dan makanan. Kebutuhan cairan setiap hari antara 1.800-2.500 ml/hari. Sekitar 1.200 ml berasal dari minuman dan 1.000 ml dari makanan. Sedangkan  pengeluaran cairan  melalui ginjal dalam bentuk urine 1.200 – 1.500 ml/hari, feses 100 ml, paru-paru 300-500 ml dan kulit 600-800 ml.
Prinsip dasar keseimbangan cairan:
1.      Air bergerak melintasi membran sel karena osmolaritas cairan interseluler  dan ekstraseluler tetapi hampir sama satu sama lain kecuali beberapa menit setelah perubahan salah satu kompartemen.
2.      Membran sel hampir sangat impermeabel terhadap banyak zat terlarut karena jumlah osmol dalam cairan ekstraseluler atau  intraseluler tetapi konstan, kecuali jika zat terlarut ditambahkan atau dikurangi dari kompartemen ekstraseluler. Dengan kondisi ini kita dapat menganalisis efek berbagai kondisi cairan abnormal terhadap volume dan osmolaritas cairan ekstraseluler dan osmolaritas cairan intraseluler.  

1.5 Faktor yang memengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit               
1.      Usia
Asupan cairan individu bervariasi berdasarkan usia. Dalam hal ini, usiaberpengaruh terhadap proporsi tubuh, luas permukaan tubuh, kebutuhan metabolik, serta berat badan. Bayi dan anak di masa pertunbuhan memiliki proporsi cairan tubuh yang lebih besar dibandingkan orang dewasa.Karenanya, jumlah cairan yang diperlukan dan jumlah cairan yang hilang juga lebih besar dibandingkan orang dewasa. Besarnya kebutuhan cairan pada bayi dan anak-anak  juga dipengaruhi oleh laju metabolik yang tinggi serta kondisi ginjal mereka yang belum atur dibandingkan ginjal orang dewasa. Kehilangan   cairan dapat terjadi akibat pengeluaran cairan yang besar dari kulit dan pernapasan.   Pada individu lansia, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit sering disebabkan oleh   masalah jantung atau gangguan ginjal
2.      Aktivitas
Aktivitas hidup seseorang sangat berpengaruh terhadap kebutuhan cairan dan elektrolit. Aktivitas menyebabkan peningkatan proses metabolisme dalam tubuh. Hal ini  mengakibatkan penigkatan haluaran cairan melalui keringat. Dengan demikian, jumlah  cairan yang dibutuhkan juga meningkat. Selain itu,kehilangan cairan yang tidak   disadari (insensible water loss) juga mengalami peningkatan laju pernapasan dan aktivasi kelenjar keringat.
3.      Iklim
Normalnya,individu yang tinggal di lingkungan yang iklimnya tidak terlalu panas   tidak    akan mengalami pengeluaran cairan yang ekstrem melalui kulit dan pernapasan. Dalam   situasi ini, cairan yang keluar umumnya tidak dapat disadari (insensible water loss,  IWL). Besarnya IWL pada tiap individu bervariasi, dipengaruhi oleh suhu lingkungan, tingkat metabolisme,dan usia. Individu yang tinggal di lingkungan yang bertsuhu tinggi atau di dearah deangan kelembapan yang rendah akan lebih sering mengalami   kehilangan  cairandan elektrolit. Demikian pula  pada orang yang bekerja berat di  lingkungan yang bersuhu tinggi,mereka dapat kehilangan cairan sebanyak lima litet sehaei melalui keringat. Umumnya, orang yang biasa berada di lingkungan panas akan  kehilangan cairan sebanyak 700 ml per jam saat berada ditempat yang panas, sedangkan orang yang tidak biasa  berada di lingkungan  panas dapat kehilangan cairan hingga dua liter per jam.
4.      Diet
Diet seseorang berpengaruh juga terhadap asupan cairan dan elektrolit. Jika asupan     maknan tidak seimbang, tubuh berusaha memcah simpanan protein dengan terlebih  dahulu memecah simpanan lemak dan glikogen. Kondisi ini menyebabkan penurunan kadar albumin.
5.      Stress
Kondisi stress berpengaruh pada kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh. Saat stress, tubuh mengalami peningkatan metabolism seluler, peningkatan konsentrasi glukosa darah, dan glikolisis otot. Mekanisme ini mengakibatkan retensi air dan natrium.Disamping itu, stress juga menyebabkan peningkatan produksi hormone anti deuritik yang dapat mengurangi produksi urine. 
6.      Penyakit
Trauma pada jaringan dapat menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit dasar sel   atau jaringan yang rusak (mis.Luka robek, atau luka bakar). Pasien yang menderita    diare  juga dapat mengalami peningkatan kebutuhan cairan akibat kehilangan cairan melalui saluran gastro intestinal. Gangguan jantung dan ginjal juga  dapat   menyebabkan      ketidakseimbangan cairan dan elektrolit. Saat aliran darah ke ginjal menurun karena kemampuan pompajantung menurun, tubuh akanmelakukan   penimbunan   cairan   dan   natrium sehingga terjadi retensi cairan dan kelebihan beban cairan (hipervelomia).      Lebih lajut, kondisi inidapat menyebabkan edema paru. Normalnya, urine akan   dikeluarkan dalam jumlah yang cukup  untukmenyeimbangkan cairan dan elektrolit   serta   kadar   asam   dan   basa   dalam   tubuh. Apabila   asupan   cairan   banyak,   ginjal   akan memfiltrasi cairan lebih banyak dan menahan ADH sehingga produksi urine akan   meningkat. Sebaliknya, dalam keadaan kekurangan cairan, ginjal akan menurunkan      produksi urine dengan berbagi cara. Diantaranya peningkatan reapsorpsi tubulus, retensi  natrium dan pelepasan renin. Apabila ginjal mengalami kerusakan, kemampuan ginjal   untuk melakukan regulasi akan menurun. Karenanya, saat terjadi gangguan ginjal (mis., gagal ginjal) individu dapat mengalami oliguria (produksi urine kurang dari  40ml/ 24 jam) sehingga anuria (produksi urine kurang dari  200 ml/ 24 jam).
7.      Tindakan Medis
Beberapa tindakan medis menimbulkan efek sekunder terhadap kebutuhan cairan dan   elektrolit tubuh. Tindakan pengisapan cairan lambung dapat menyebabkan penurunan kadar kalsium dan kalium.



 Pengobatan
Penggunaan beberapa obat seperti Diuretik maupun laksatif secara berlebihan dapat    menyebabkan peningkatan kehilangan cairan dalam tubuh.Akibatnya, terjadi defist   cairan tubuh. Selain itu, penggunan diuretic menyebabkan kehilangan natrium sehingga    kadar kalium akan meningkat. Penggunaan kortikostreroid dapat pula menyebabkan retensi natrium dan air dalam tubuh.
9.      Pembedahan
Klien yang menjalani pembedahan beresiko  tinggi mengalami ketidakseimbangan cairan. Beberapa klien dapat kehilangan banyak darah selama perode operasi, sedangkan    beberapa klien lainya justru mengalami kelebihan beban cairan  akibat asupan cairan   berlebih melalui intravena selama pembedahan atau sekresi hormon ADH selama masa stress akibat obat- obat anastesia.

1.6 Gejala Paling Umum dari Ketidakseimbangan Elektrolit:
  • Kelelahan
  • Kram otot dan kejang
  • Mual
  • Pusing
  • Pingsan
  • Lekas marah
  • Muntah
  • Mulut kering
  • Denyut jantung lambat
  • Kejang
  • Palpitasi
  • Tekanan darah rendah
  • Kurangnya koordinasi
  • Sembelit
  • Kekakuan sendi 


BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

a.      Identitas Pasien
Nama                        : Tn.YU
Umur                        : 28 Tahun
Agama                      : Islam
Jenis Kelamin           : perempuan
Status                        : Belum menikah
Pendidikan                : SMA
Pekerjaan                  : Swasta
Suku Bangsa             : Indonesia
Alamat                      : Sunter Agung, jakarta utara
Tanggal Masuk         : 30 Juli 2015
Tanggal Pengkajian   : 02 Agustus 2015
No. Register              : 029477
Diagnosa Medis        : Diare Akut

b.      Identitas Penanggung Jawab
Nama                        : Ny.As
Umur                        : 54 Tahun
Hub. Dengan Pasien : Ibu
Pekerjaan                  : Ibu rumah tangga
Alamat                      : Sunter Agung,Jakarta utara


     






 B.     Status Kesehatan

a.      Status Kesehatan Saat Ini
1)   Keluhan Utama (Saat MRS dan saat ini)
           Pada saat MRS dan pengkajian, pasien mengeluh lemas di seluruh badannya, klien mengatakan diare sejak 3 hari yang lalu dan dalam sehari BAB lebih dari 8 x.

2)   Alasan masuk rumah sakit dan perjalanan penyakit saat ini
      Sekitar 2 bulan yang lalu pasien mengalami diare dan dibawa ke dokter lalu diberi obat dan injeksi, namun tidak sembuh-sembuh. Kemudian keluarga mencoba pengobatan non-medis, dan dikatanya pasien terkena penyakit magic, namun tidak sembuh juga. Setelah beberapa minggu kondisi pasien semakin memburuk, sehingga istri pasien membawa pasien ke RS.SATYA NEGARA pada tanggal 30 juli 2012, pada pukul 20.00 Wita.  Sesampainya di RS pasien langsung dirujuk ke IGD, keadaan pasien saat itu lemes, pusing, dan enek di bagian ulu hati, sehinggga perawat memberikan tindakan medis seperti memasang infus, mengukur TTV dan akhirnya dibawa ke ruang rawat inap lantai 2 RS.SATYA NEGARA.
      Pada saat pengkajian pasien mengeluh masih sedikit pusing, enek di ulu hati serta saat BAB fesesnya masih encer dan bercampur darah .

3)   Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya
      Hal yang pertama dilakukan keluarga pasien adalah membawa pasien berobat ke dokter.

b.      Satus Kesehatan Masa Lalu
1)      Penyakit yang pernah dialami
      Pasien mengatakan bahwa ia pernah mengalami penyakit seperti batuk, pilek, dan demam.

2)   Pernah dirawat
      Pasien mengatakan bahwa ia tidak pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya.

3)   Alergi
      Pasien mengatakan bahwa ia tidak mempunyai riwayat alergi terhadap obat-obatan ataupun makanan


C.    Riwayat Penyakit Keluarga
           Pasien mengatakan bahwa ia maupun keluarganya tidak mempunyai riwayat penyakit keluarga ataupun keturunan, seperti DM, asma, penyakit jantung, maupun hipertensi.


D.   Diagnosa Medis dan therapy
1)      Diagnose medis : Diare Akut
2)      Therapy
JENIS
NAMA OBAT
DOSIS
RUTE
Injeksi
IVFD RL+kCl IA
20 tpm
Intravena
Injeksi
Levolin
1x1 fls
Intravena
Tablet
Tri mexol forte
3x1 mg
Oral
Tablet
Trans fector
3x2 mg
Oral
Tablet
Govasol
1x1 mg
Oral
Tablet
Ripal bumin
3x2 mg
Oral

E.  Pengkajian Fisik
a.    Keadaan umum : Lemas
Tingkat kesadaran : komposmetis / apatis / somnolen / sopor/koma
GCS         : verbal=5, Psikomotor = 6, Mata = 4

b.                                Tanda-tanda Vital : Nadi = 68 Suhu = 37̊C, TD =130/80 mmHg,RR = 20
b.   Keadaan fisik
     
a)Kepala  dan leher       :
           Bentuk kepala pasien normal simetris, tidak terlihat adanya alopesia, warna rambut hitam, kebersihan cukup, tidah terdapat luka pada kulit kepala dan wajah, tidak ada nyeri tekan, tidak teraba massa. Alis dan mata terlihat simetris, tidak terdapat udim palpebra, sklera aninterik, pupil isokor miosis, konjungtiva anemis. Hidung simetris, tidak terlihat adanya serumen, penyebaran silia merata, tidak teraba massa dan nyeri tekan pada sinus frontalis, sinus etmoidalis, sinus spenoidalis, dan sinus masilaris. Telinga simetris, tidak terlihat adanya serumen dan discart, tidak terlihat adanya betelsains, tidak teraba massa dan nyeri tekan pada tragus, cartilago, dan aurikul. Mulut simetris, mukosa bibir kering, tidak terlihat adanya stomatitis. Leher terlihat simetris, tidak terlihat adanya hiperpigmentasi, tidak terlihat adanya lesi, tidak terlihat peningkatan JVP, tidak teraba massa pada kelenjar tiroid dan kelenjar limfe.

b)      Dada  :
·   Paru
        Bentuk paru terlihat simetris, tidak terlihat adanya lesi dan udim, terlihat adanya tatto,tidak teraba massa dan nyeri tekan, terdengar suara sonor pada ICS 2-8.
·   Jantung
        Terlihat iktus kordis,terdengar suara S1 dan S2 tunggal reguler tidak teraba massa dan nyeri tekan.

c)Payudara dan ketiak   :
           Bentuk payudara terlihat simetris, tidak terlihat adanya lesi dan udim, tidak terlihat hiperpigmentasi, tidak teraba massa dan nyeri tekan.

d)     Abdomen       :
           Tidak terlihat adanya hiperpigmentasi,tidak terlihat adanya lesi pada abdomen. Terdengar gerakan peristaltik ±37 kali/menit. Terdapat nyeri tekan pada abdomen. Terdengar suara pekak.

e)Genetalia        :
           Tidak terkaji

f) Integumen :
           Tidak terlihat adanya lesi dan udim, tidak terlihat hiperpigmentasi, terlihat adanya tatto di bagian tangan, kaki, dada dan punggung, kulit terlihat kering dan turgor kulit tidak elastis.

g)      Ekstremitas     :
·         Atas
      Tangan terlihat simetris, tidak terlihat adanya lesi dan udim, tidak terlihat hiperpigmentasi, terlihat adanya tatto, dan turgor kulit kering, terjadi refleks bisep, dan kekuatan otot 4.

        
·         Bawah
     Kaki terlihat simetris, tidak terlihat adanya lesi dan udim, tidak terlihat hiperpigmentasi, terlihat adanya tatto, dan turgor kulit kering, terjadi refleks babinskyn, terjadi refleks patela, dan kekuatan otot 4.

h)      Neurologis      :
·   Status mental da emosi :
      Ekspresi wajah pasien tampak sedih dan kesal karena harus bolak-balik toilet
·   Pengkajian saraf kranial :
      Semua saraf kranial yang mengatur panca indra pasien berfungsi secara normal
·   Pemeriksaan refleks :
      Semua refleks pada pasien berfungsi secara normal


F. Pemeriksaan Penunjang
1.      Data laboratorium yang berhubungan
Hematologi rutin pada tanggal 30 Juli 2014
JUMLAH SEL DARAH
HASIL
SATUAN
NILAI RUJUKAN
Hemoglobin (HGB)
-10,5
g/dl
13,0-18,0
Hematokrit (HTC)
-31,8
%
40-52
Lekosit (WBC)
7,80
10^3/UL
3,8-10,6
Trombosit (PLT)
346
10^3/UL
150-440
Eritrosit (RBC)
-3,64
10^3/UL
4,5-6,5
RDW
12,9
%
10-16
MPV
-7,1
fL
7,2-11,1
PCT
0,2
%
0,2-0,5
MCV
87,4
fL
80-100
MCH
28,8
Pg
26-34
MCHC
33,0
Pg
32-36
Limfosit %
10,7
%
20-35
Monosit %
3,3
%
2-8
Gran %
86,0
%
50-80
Lymp #
0,80
10^3/UL
1-5
Monosit #
0,30
10^3/UL
0,1-1
Gran #
6,50
10^3/UL
2-8



G. ANALISA DATA
A.     Tabel Analisa Data
NO.
DATA
ETIOLOGI
MASALAH
1.
DS :
·     Pasien mengatakan biasa minum air putih ±5 gelas/hari.
·     Pasien mengatakan bahwa ia BAK ±4 x/hari, dengan karakter urinenya kuning pekat dan berbau obat.
DO :
·  Kulit pasien terlihat kering dan turgor kulit tidak elastis
·  konjungtiva anemis
·  mukosa bibir kering
TD     = mmHg
Kondisi menurun
Kekurangan volume cairan
2.
DS :
·  Pasien mengatakan bahwa nafsu makannnya menurun, ia makan 3x sehari 1 porsi dengan menu bubur dan sayur bening, tetapi masih bersisa
·  Pasien mengatakan bahwa ia BAB ± 5x/hari dengan bentuk fases encer, feses berwarna kuning, feses bercampur darah,terdapat sedikit lendir  dan berbau obat.
·  Pasien mengatakan berat badannya 50kg dan tinggi badannya 165cm
·  Pasien mengatakan sedikit pusing
DO:
·  Konjungtiva anemis
·  Wajah pasien terlihat pucat
·  Pasien terlihat lemas
·  Mukosa bibir kering
Kondisi menurun
Ketidakseimbangan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh
3.
DS :
·   Pasien mengatakan bahwa ia tidak bisa tidur dengan nyenyak, biasanya ia tidur pukul 20.00 Wita dan sering terbangun.
DO:
·  Wajah pasien terlihat pucat
·  Terlihat adanya lingkaran hitam pada sekitar mata pasien
Nyeri abdomen
Insomnia

Kamis,
2-8-2014
1
Setelah diberikan askep selama 3x24 jam, diharapkan volume cairan pasien dapat kembali normal, dengan KH :
·   Turgor kulit dapat kembali elastic kembali dalam 3 detik
·   Mukosa bibir lembab
·   Tidak terjadi dehidrasi
·   TTV :
TD =
S    = 36-37 ̊C
N   = 60-90
·   RR = 12-20
·   Kaji tanda vital, contoh TD, frekuensi jantung, nadi, dan suhu (kesamaan dan volume
·   Catat perubahan mental, turgor kulit, hidrasi, membrane mukosa, dan karaktersputum

·   Ukur/hitung masukan, pengeluaran, dan keseimbangan cairan. Catat kehilangan tak tampak.
·   Timbang berat badan

·   Kaji tanda vital, contoh TD, frekuensi jantung, nadi, dan suhu
·   Berikan cairan IV dalam observasi ketat dengan alat control sesuai indikasi



·   Awasi/ganti elektrolit sesuai indikasi
·  Kekurangan / perpindahan cairan meningkatkan frekuensi jantung, menurunkan TD, dan mengurangi volume nadi.
·   Penurunan curah jantung mempengaruhi perfusi/ fungsi serebral. Kekurangan cairan juga dapat diidentifikasi dengan penurunan turgor kulit, membrane mukosa kering, dan viskositas secret kental.
·   Memberikan informasi tentang status cairan umum. Kecenderungan keseimbangan cairan negatifdapat menunjukan terjadinya deficit.
·   Perubahan cepat menunjukkan gangguan dalam air tubuh total
·   Untuk membedakan TTV normal klien dengan keadaan pada saat sakit.
·   Memperbaiki/mempertahankan volume sirkulasi dan tekanan osmotic. Catatan meskipun kekurangan cairan, pemberian dapat mengakibatkan peningkatan kongesti paru, pengaruh negative fungsi pernafasan
·   Elektrolit khususnyakalium dan natrium mungkin menurun sebagai akibat terapi diuretic

Kamis,
2-8-2014





2.















Setelah diberikan askep selama 3x24 jam, diharapkan asupan makanan pasien dapat kembali normal, dengan KH :
·   Nafsu makan kembali normal
·   Karakteristik feses dapat kembali normal
·   Tubuh pasien dapat kembali sehat
·   BB pasien dari 50kg  menjadi 53kg.




·   Buat jadwal masukan tiap jam. Anjurkan mengukur cairan/ makanan dan minuman sedikit demi sedikit atau makan dengan perlahan
·   Timbang berat badan


·   Tekankan pentingnya menyadari kenyang dan menghentikan masukan
·   Beritahu pasien untuk duduk saat makan/ minum
·   Diskusikan yang disukai pasien dan masukan dalam diet murni
·   Kaji tanda vital, contoh TD, frekuensi jantung, nadi, dan suhu
·   Rujuk ke ahli gizi

·   Berikan tambahan vitamin B12 injeksi, folat, dan kalsium sesuai indikasi
·      Setelah tindakan pembagian, kapasitas gaster menurun kurang lebih 50 ml, sehingga perlu makan sering



·      Pengawasan kehilangan dan alat pengkajian kebutuhan nutrisi/ keefektifan terapi
·      Makan berlebihan dapat menyebabkan mual/muntah atau kerusakan operasi pembagian
·      Menurunkan kemungkinan aspirasi

·      Dapat meningkatkan masukan, meningkatkan rasa berpartisipasi/ control

·      Untuk membedakan TTV normal klien dengan keadaan pada saat sakit.
·     Perlu bantuan dalam perencanaan diet yang memenuhi kebutuhan nutrisi
·     Tambahan dapat diperlukan untuk mencegah anemia karena gangguan absorpsi. Peningkatan motilitas usus setelah prosedur bypass merendahkan kadar kalsium dan meningkatkan absorpsi oksalat, dimana dapat menimbulkan pembentukan batu urine.

Kamis,
2-8-2014











3.













Setelah diberikan askep selama 3x24 jam diharapkan pola tidur pasien dapat kembali normal, dengan KH:
·   Pasien dapat tidur dengan nyenyak
·   Tidak terlihat lingkaran hitam pada mata
·   Pasien tidak terjaga




·   Batasi masukan makanan/ minuman mengandung kafein



·   Dukung kelanjutan kebiasaan ritual sebelum tidur
·   Pastikan kebiasaan defekasi pasien dan gaya hidup sebelumnya.
·   Tinjau ulang pola diet dan jumlah/ tipe masukan cairan


·   Libatkan pasien dalam perawatan ostomi secara bertahap

·   Berikan analgesic, sedative saat tidur sesuai indikasi
·     Kafein dapat memperlambat pasien untuk tidur dan mempengaruhi tidur tahap REM, mengakibatkan pasien tidak merasa segar saat bangun.
·     Meningkatkan relaksasi dan kesiapan untuk tidur

·     Membantu dalam pembentukkan jadwal irigasi efekttif  untuk pasien kolostomi
·     Masukan adekuat dari serat dan makanan kasar memberikan bulk, dan cairan adalah factor penting dalam penentuankriteria feses.
·     Rehabilitasi dapat dipermudah dengan mendorongpasien mandiri dan terkontrol
·      Nyeri mempengaruhi pasien untuk jatuh/tertidur



H. Implementasi Keperawatan

Hari/ Tgl/Jam
No. Dx
Tindakan Keperawatan
Evaluasi proses
Ttd
Kamis,
02-08-2014
Pkl.
07.00Wib
Pkl.
08.15Wib

Pkl.
08.15Wib



Pkl.
08.15Wib

Pkl.
11.00Wib




Pkl.
16.10Wib


Pkl.
16.10Wib

Pkl.
22.00Wib
3
Mengganti alat tenun
DS : pasien mengatakan bersedia diganti alat tenunnya
DO : tempat tidur pasien terlihat lebih bersih

1,2
Menimbang berat badan pasien
DS: Pasien mengatakan  bersedia diukur berat badannya
DO: BB pasien 50kg

1,2
Memberikan cairan IV RL
                                   
DS: Pasien mengatakan bersedia dipakaikan infus
DO: obat dimasukkan melalui injeksi dan tidak terlihat adanya reaksi alergi.

1,2
Memberikan obat oral tri mexol forte, trans fector, govasol
DS: pasien bersedia diberikan obat
DO: obat diberikan secara oral

1,2
Mengkaji TTV
DS : pasien mengatakan lemas dan nyeri saat menelan
DO:
Nadi  = 80
Suhu  = 37 ̊C
TD     = mmHg,
RR     = 20

1,2
Menanyakan asupan makanan/ minuman
DS : pasien mengatakan tidak nafsu makan
DO : makanan pasien terlihat masih tersisa

1,2
Memberikan obat oral
DS: pasien bersedia diberikan obat
DO: tidak terlihat adanya reaksi alergi

1,2
Memberikan obat oral
DS: pasien bersedia diberikan obat
DO: tidak terlihat adanya reaksi alergi

Jum’at,
03-08-2014
Pkl.
05.00Wib




Pkl.
05.15Wib


Pkl.
07.05Wib


Pkl.
08.15Wib


Pkl.
08.15Wib


Pkl.
11.00Wib





Pkl.
16.05Wib





Pkl.
17.05Wib


Pkl.
17.05Wib


Pkl.
22.05Wib
1,2
Mengkaji TTV
DS : pasien mengatakan lemas, nafsu makan menurun
DO:
Nadi  = 80
Suhu  = 38,3 ̊C
TD     = mmHg
RR     = 20

3
Memandikan pasien
DS : pasien menolak untuk dimandikan
DO: pasien dimandikan oleh keluarganya

3
Mengganti alat tenun
DS : pasien mengatakan lebih nyaman
DO : tempat tidur pasien terlihat lebih bersih

1,2
Mengganti cairan infuse
DS : pasien bersedia diganti infusnya
DO : Infus berjalan dengan lancar

1,2
Memberikan obat tri mexol forte, trans fector, govasol, ripal bumin
DS: pasien bersedia diberikan obat
DO: tidak terlihat adanya reaksi alergi

1,2
Mengkaji TTV
DS : pasien mengatakan lemas
DO:
Nadi  = 80
Suhu  = 37,3 ̊C
TD     = mmHg
RR     = 20

1,2
Mengkaji TTV
DS : pasien mengatakan pusing dan enek di ulu hati
DO:
Nadi  = 80
Suhu  = 36,7 ̊C
TD     = mmHg
RR     = 20

1,2
Memberikan obat oral tri mexol forte
DS: pasien bersedia diberikan obat
DO: tidak terlihat adanya reaksi alergi

1,2
Mengganti cairan infuse
DS : pasien bersedia diganti infusnya
DO : Infus berjalan dengan lancer

1,2
Memberikan obat oral tri mexol forte, trans fector, , ripal bumin
DS: pasien bersedia diberikan obat
DO: obat diberikan secara oral

Sabtu,
04-08-2014
Pkl.
05.00Wib





Pkl.
05.20Wib


Pkl.
07.15Wib



Pkl.
10.15Wita
Pkl.
10.15Wita

Pkl.
11.15Wita





Pkl.
16.15Wita






Pkl.
17.15Wib

Pkl.
17.15Wib

Pkl.
17.15Wib
Pkl.
22.15Wib
1,2
Mengkaji TTV




DS: pasien mengatakan masih lemas
DO:
Nadi  = 80
Suhu  = 36,7 ̊C
TD     = mmHg
RR     = 20

3
Memandikan pasien
DS : pasien menolak untuk dimandikan
DO: pasien dimandikan oleh keluarganya

3
Mengganti alat tenun
DS : pasien mengatakan lebih nyaman dan dapat tidur dengan nyenyak
DO : tempat tidur pasien terlihat lebih bersih dan lingkaran hitam pada mata terlihat berkurang

1,2
Mengganti cairan infuse
DS : pasien bersedia diganti infusnya
DO : Infus berjalan dengan lancar

1,2
Memberikan obat oral tri mexol forte, trans fector, , ripal bumin, govasol
DS: pasien bersedia diberikan obat
DO: tidak terlihat adanya reaksi alergi

1,2
Mengkaji TTV



DS : pasien mengatakan sudah tidak pusing
DO:
Nadi  = 80
Suhu  = 37, ̊C
TD     = mmHg
RR     = 20

1,2
Mengkaji TTV
DS :Pasien mengatakan minumnya ± 7 gelas /hari
DO : mukosa bibir terlihat kering, turgor kulit tidak elastic, TTV-nya :
Nadi  = 80
Suhu  = 36,7 ̊C
TD     = mmHg
RR     = 20

1,2
Memberikan obat oral tri mexol forte, trans fector, , ripal bumin
DS: pasien bersedia diberikan obat
DO: tidak terlihat adanya reaksi alergi

1,2
Menanyakan asupan makanan/ minuman
DS : pasien mengatakan nafsu makan menurun
DO : makanan pasien terlihat masih bersisa

1,2
Mengganti cairan infuse
DS : pasien bersedia diganti infusnya
DO : Infus berjalan dengan lancar

1,2
Memberikan obat oral tri mexol forte
DS: pasien bersedia diberikan obat
DO: tidak terlihat adanya reaksi alergi